Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ehipassiko yang Kualami Sendiri

2 Juni 2023   05:55 Diperbarui: 2 Juni 2023   05:58 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bhante-pun menganjurkan aku untuk berdana makanan, yang lagi-lagi kutolak karena yang ada dalam benakku aku tidak mampu untuk berdana setiap hari, karena belum ada dana untuk itu.

Kembali Bhante Kamsai mengajariku untuk berdana semampunya, bahkan aku diajarkan untuk membuat sambal yang simple terdiri dari irisan cabe rawit, bawang putih yang diberi kecap ikan. Yang penting ada niat, laksanakan, serahkan pelimpahan jasa.

Inipun belum dapat kulakukan sepenuhnya, kecuali pada hari minggu, karena saat itu aku masih berkantor di daerah Kemukus dan Pinangsia. Jarak ke Vihara Buddha Metta Arama cukup jauh dari kantorku, belum lagi macetnya. Walau begitu aku rajin mengikuti klas meditasi setiap hari sabtunya, meskipun hanya setengah hari, karena aku harus ngantor sampai jam dua belas siang.

Awal tahun 2006 aku dipindah ke kantor di Gedung Menara Era -- Senen Raya, jarak ke Vihara Buddha Metta Arama semakin dekat. Dan, pada April 2008 ibuku meninggal. Sejak saat itu berdana setiap pagi sebelum ke kantor.

Lalu apa hubungannya dengan Ehipasikko?

Jelas ada donk. Saat itu Bhante Kamsai mengumumkan akan mengadakan ziarah ke tanah suci Buddha -- India. Aku ingin ikut tapi tidak punya uang ... ha ... ha ... ha ... bisa dibilang ga tau diri ya. Aku curhat ke Bhante, lalu Bhante anjurkan agar aku membaca Pariita Gatha Jinabanjon itu disertai  dengan perbanyak kebajikan, nanti juga ada jalannya dan kamu bisa pergi, ujar Bhante sambil tersenyum.

Dengan setengah hati, antara percaya dan tidak, aku ikuti semua petunjuk Bhante dan tra... la, semua impianku menjadi kenyataan, entah ada kekuatan darimana, aku berani bilang ke bos-ku kalau aku mau ziarah ke India tapi ga punya duit dan tanpa disangka-sangka aku dibayari.

Waktu itu biayanya USD $1000. Saat itulah aku baru memahami arti yang sesungguhnya dari "Ehipasikko" karena kekuatan doa dan kebajikkan (bukan berarti kalau ada kesulitan saja kita baru berbuat bajik)

Bukan hanya itu saja, kekuatan Parami yang kupupuk setiap desah nafasku, telah terbukti melindungiku saat aku berkendara dari Jakarta -- Tanggerang -- Jakarta dengan kondisi rem blong membawa  umat se-kijang penuh untuk fangsen.

Setelah tahu rem-ku blong, sebenarnya bos-ku telah meminjamkan mobil lengkap dengan sopir, namun begitu bos-ku turun, secepat itu pula mobil terisi penuh oleh umat.

Saat itu aku sempat galau, tapi niatku cukup kuat untuk ikut fangsen, saat ditanya bos-ku apakah jadi ikut atau batal, tanpa ragu aku jawab "Ya Lana sih tetap jalan, ayo ikut aja ". (selama perjalanan bos-ku meram saja, entah tidur atau ketakutan) tapi diam-diam aku meminta agar mobil Bhante jalan di depanku, maksudnya kalau sampai nabrak, biar nabrak mobil Bhante supaya digantikan mobil baru oleh bos-ku. Wkkkkkkkwkkkkk ... dasarrrr ... Lana gelo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun