Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia dalam Perenungan terhadap 3S

25 Mei 2023   05:55 Diperbarui: 25 Mei 2023   05:50 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahkah kita melakukan perenungan terhadap 3S? Eits, tunggu dulu. Kalau belum paham dari ketiga akronim tersebut, marilah kita mengulik perkataan berikut ini.

"Iih, amit-amit deh! Siapa sih yang mau? Aku kan ganteng, cantik, ceria, jelita, tampan, gagah, pandai, cerdas, dan bernas, serta sehat. Masih muda lho! Sweetseventeen."

"Nanti dulu dong! Memangnya aku sudah uzur, lanjut usia, seperti kakek dan nenek."

"Aku bercermin bak bunga merekah, semakin hari, semakin ayu, tampan, dan mapan. Bertambah dewasa dan sampurna layaknya aktor, aktris kece yang Tiara - Tiada Tara."

Setiap dari kita akan melalui masa keemasan, sebagaimana contoh ujaran yang saya berikan di atas. Seperti pepatah, "Orang ada masanya, Masa ada orangnya."

Namun, sang kala berlalu setiap saat, detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun. Tidak menghiraukan apa yang kita lakukan. Tidak peduli apa yang kita gunakan pada saat sang waktu sedang berlalu. Apakah pada hal-hal yang baik, efisien, efektif. Atau sebaliknya, amburadul!

Mau bekerja keras, santai, atau dikeraskan dahulu baru mau bekerja. Mau digunakan dalam untuk kebutuhan pribadi, keluarga, atasan, lingkungan, atau demi tuntutan dunia kerja, sang waktu tetap berlalu.

Nah, di sinilah saatnya kita merengungkan akronim 3S. Ia bukan Serius, Santai, dan Selesai. Bukan Sepuh, Sepi, dan Sepah. Dan, bukan juga Santai, Sehat, Selalu. Tapi, Sepuh (Tua), Sakit, dan pada akhirnya Stop (Mati).

Karena setiap orang akan mengalami Tua, Sakit, dan Kematian, tidak ada seorang pun yang dapat terhindar. Itu adalah hukum semesta, hukum kesunyataan. Hukum abadi yang berlaku di mana saja, kapan saja, dan terhadap siapa saja.

Tidak memandang kaya, miskin, berpangkat atau tidak. Pintar, bodoh, muda ataupun tua. Bila kontrak (Karma)-nya habis, selesai, dan pada masanya ditarik dari peredaran, tidak ada seorang pun dapat mengelaknya.

Pada Evening Chanting / Puja Bhakti malam hari, para Bhikkhu, anggota Sangha, umat Buddha melakukan pelafalan Paritta Suci: Kalimat Perenungan kerap kali (Abhinhapaccavekkhana Patha) dalam bahasa Pali, yang kurang lebih diterjemahkan secara lengkap sbb:

Aku lazim mengalami usia uzur. Aku takkan mampu menghindarinya.
Aku lazim menyandang penyakit. Aku takkan mampu menghindarinya.
Aku lazim mengalami kematian. Aku takkan mampu menghindarinya.
Segala milikku yang kusayangi dan kusukai lazim berubah, lazim berpisah dariku.

Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri, terwarisi oleh perbuatanku sendiri, lahir dari perbuatanku sendiri, berkerabat dengan perbuatanku sendiri, bergantung pada perbuatanku sendiri. Perbuatan apa pun yang akan kulakukan, bagus ataupun tidak bagus; perbuatan itulah yang akan kuwarisi.

Demikian hendaknya setiap kita renungkan.

Karena tak seorangpun dapat menghindar dari Usia Tua, Sakit, dan Kematian, maka hendaknya kita dapat melaksanakan Motto Kehidupan Usia Lanjut :


* B - erat badan yang berlebihan harus dihindari.
* A - turlah asupan dengan nutrisi yang seimbang.
* H - indari unsur penyakit tidak menular.
* A - gar hidup bermanfaat, lakukan kegiatan yang berguna bagi masyarakat sesuai dengan kemampuan.
* G - erak badan / Olahraga wajib terus dilaksanakan.
* I - man dan Taqwa ditingkatkan, hindari stres dan depresi.
* A - wasi Jasmani dan batin dengan menjaga kesehatan, kebersihan dan lingkungan setiap saat.

Hendaknya kita tetap bersemangat , selalu bersyukur, memiliki badan Sehat , selalu Bahagia Sejahtera lahir batin diberikan panjang umur dan murah rezeki dengan Lanjut Usia Masih Gaya , Semoga semua makhluk hidup Berbahagia, Sadhu ( STD).

**

Tangerang, 25 Mei 2023
Penulis: Setia Darma, Kompasianer Mettasik

Dharmaduta | Penulis |Dosen | Trainer | Pensiunan ASN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun