Sudahkah kita melakukan perenungan terhadap 3S? Eits, tunggu dulu. Kalau belum paham dari ketiga akronim tersebut, marilah kita mengulik perkataan berikut ini.
"Iih, amit-amit deh! Siapa sih yang mau? Aku kan ganteng, cantik, ceria, jelita, tampan, gagah, pandai, cerdas, dan bernas, serta sehat. Masih muda lho! Sweetseventeen."
"Nanti dulu dong! Memangnya aku sudah uzur, lanjut usia, seperti kakek dan nenek."
"Aku bercermin bak bunga merekah, semakin hari, semakin ayu, tampan, dan mapan. Bertambah dewasa dan sampurna layaknya aktor, aktris kece yang Tiara - Tiada Tara."
Setiap dari kita akan melalui masa keemasan, sebagaimana contoh ujaran yang saya berikan di atas. Seperti pepatah, "Orang ada masanya, Masa ada orangnya."
Namun, sang kala berlalu setiap saat, detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun. Tidak menghiraukan apa yang kita lakukan. Tidak peduli apa yang kita gunakan pada saat sang waktu sedang berlalu. Apakah pada hal-hal yang baik, efisien, efektif. Atau sebaliknya, amburadul!
Mau bekerja keras, santai, atau dikeraskan dahulu baru mau bekerja. Mau digunakan dalam untuk kebutuhan pribadi, keluarga, atasan, lingkungan, atau demi tuntutan dunia kerja, sang waktu tetap berlalu.
Nah, di sinilah saatnya kita merengungkan akronim 3S. Ia bukan Serius, Santai, dan Selesai. Bukan Sepuh, Sepi, dan Sepah. Dan, bukan juga Santai, Sehat, Selalu. Tapi, Sepuh (Tua), Sakit, dan pada akhirnya Stop (Mati).
Karena setiap orang akan mengalami Tua, Sakit, dan Kematian, tidak ada seorang pun yang dapat terhindar. Itu adalah hukum semesta, hukum kesunyataan. Hukum abadi yang berlaku di mana saja, kapan saja, dan terhadap siapa saja.
Tidak memandang kaya, miskin, berpangkat atau tidak. Pintar, bodoh, muda ataupun tua. Bila kontrak (Karma)-nya habis, selesai, dan pada masanya ditarik dari peredaran, tidak ada seorang pun dapat mengelaknya.