Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memahami Kematian, Semoga Belum Terlambat

21 Mei 2023   05:55 Diperbarui: 21 Mei 2023   06:31 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Kematian, Semoga Belum Terlambat (gambar: mbamarketingweek.com, diolah pribadi)

Jangan pernah ucapkan kata berpisah.
Karna itu hanya sementara.
Kita kan slalu melagukan bersama .
Kidungnya dialam semesta.

Simpan tangismu tersenyumlah selalu.
Kau sahabatku motivasiku.
Jangan pernah ucapkan kita kan berpisah.
Karna semua itu sementara

Ini adalah sepenggal bait dari lagu yang berjudul Jangan pernah ucapkan, ciptaan Yan Hien. Yang mengingatkan saya tentang sosok dari seorang teman, sahabat, figur panutan, meski usianya yang masih sangat muda, masih belasan tahun. Namun, dia sudah menunjukkan sifat yang baik. Ia aktif di sekolah, aktif di vihara, aktif meditasi, dan sebagainya.

Dialah sosok yang serba bisa, mandiri, supel, ramah, senang membantu, dan banyak hal kebaikan ada di dalam dirinya. Seseorang yang sangat inspiratif.

Namun, kebenaran kamma tidak dapat dielakkan. Ia harus pergi dengan begitu cepatnya, di masa keemasan hidupnya. Meningggalkan segala aktivitas kebaikannya, meninggalkan jejak-jejak Dhamma yang dilatih dan ditekuninya. Tanpa kata terucap, tapi harus berpisah. Hanya meninggalkan nyala semangat yang masih ada dan terpatri di ingatan mereka yang mengenang kebaikannya.

Semoga karma baik yang dipupuknya, membawanya ke kehidupan yang lebih bahagia.  Sadhu.

Dan, dari lagu ini juga kita seperti disadarkan kembali tentang hidup. Kehidupan dan diri sendiri. Hingga memunculkan kesadaran akan jasmani dan batin ini, untuk lebih menghargari apapun itu. Kesehatan, kesempatan, dan lain-lain. Karena mereka yang ada di dunia pasti akan mengalami kelahiran, penuaan, kematian, kesedihan, ratap tangis, sakit jasmani, kepedihan hati, dan keputusasaan.

Berkumpul dengan yang tidak disukai, berpisah dengan yang disukai, dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Inilah kebenaran pertama dari empat kebenaran mulia yang harus dipahami.

Setiap pagi hari adalah hal terindah, penuhilah dengan rasa syukur, masih bisa menikmati hangat cahaya matahari, waktu untuk berbuat baik, nafas yang masih mengalir di tubuh ini, dan lain sebagainya. Maka janganlah sia-siakan hidupmu ini, berjuanglah dengan senantiasa berlatih dan belajar ilmu apapun itu, yang bijak, baik dan berguna. Menebar kebaikan dan kebajikan, walau hanya dengan sedikit senyuman, kata sapaan, atau hal-hal kecil lainnya, yang menggembirakan, yang keluar dari indahnya pikiran, yang lembut di ucapkan, yang tulus di perbuatan, kepada semua yang ada di sekitarmu.

Karena kita tidak akan pernah tahu kapan hal-hal yang buruk bisa terjadi.

Manfaatkanlah segalanya dengan sebaik-baiknya terutama waktu ini, dimana setiap detik yang berjalan, menit yang merangkak akan memperpendek usia kita.

Janganlah tertipu dengan berkata: sekarang aku masih sehat, aku masih muda, umurku pasti masih panjang, belum tentu, sakit bisa datang setiap saat, setiap waktu tanpa kita duga. Dan, syarat sebuah kematian tidak harus tua. Bayi pun bisa meninggal, bahkan yang belum lahir pun juga bisa mengalaminya.

Pahami dan amati tubuh ini, sejak dari lahir hingga sekarang. Umur yang bertambah, yang ditambahkan saat berulang tahun, wajah yang berubah dari bayi hingga sekarang. Dulu lucu, sekarang gimana. Semakin cantik, tampan atau sudah ada keriput kah?

Renungkan semuanya, tentang diri sendiri, tentang apa saja yang sudah dilakukan, baik buruknya perilaku sendiri. Lalu pilah dan pilih mana yang perlu diperbaiki, mana yang perlu dipertahankan, dan mana yang perlu dikembangkan, untuk maju dan melangkah menjadi lebih baik dari hari yang lalu.

Imbangi juga dengan berlatih meditasi sehingga dapat lebih perhatian. Lebih bijak menyadari  penderitaan yang pasti terjadi pada setiap makhluk di dunia ini. Selama masih berputar di roda samsara, selama masih melekati keinginan dan terjerat kebodohan sendiri.

Berusahalah mulai merubah karma atau kehendak perbuatan. Menyadari atau perhatian terhadap segala pikiran, ucapan, dan perbuatan sendiri, kontak-kontak indera yang muncul dan lenyap. Terhadap perasaan -perasaan dan persepsi-persepsi yang mengikutinya yang juga selalu berubah-ubah, yang membawa kesadaran-kesadarannya setiap saat.

Demikianlah seharusnya engkau belajar dan berlatih sesuai dengan Dhamma yang telah diajarkan Sang Buddha. Untuk membuka batin yang masih tertutup oleh debu kebodohan, debu kegelapan. dan berusaha melenyapnyapkannya.

Dengan senantiasa berpandangan benar, batin pun menjadi lebih jernih dan bening. Bebas dari noda, tidak melekat pada sesuatu, dapat meninggalkan kesenangan indriawi. Sehingga dapat memahami dengan jelas tentang sifat kehidupan dalam ketidakkekalannya.

Sebab-akibat dari penderitaan ini, dan ke-tanpa-intiannya. Untuk dapat mengakhiri penderitaannya, untuk terbang bebas bagaikan kawanan angsa meninggalkan kolam, tanpa meninggalkan jejaknya.

Pikiran akan selalu waspada dan perhatian terhadap diri sendiri, tanpa lengah, terkendali dan tenang. Memahami, menerima, dan melepaskan dengan seimbang segala sesuatu yang muncul dan lenyap bergantian.

Yang membawa suka maupun duka, bahkan saat kematian yang terjadi sewaktu-waktu. Batin menjadi semakin berkembang, kebijaksanaan semakin meningkat, tercapailah pandangan terangnya, nibbana pun akan di raihnya.

Demikian sedikit dari saya, semoga bermanfaat, semoga semua makhluk berbahagia.

Sadhu... Sadhu... Sadhu...

**

Mojokerto, 21 Mei 2023
Penulis: Lily Setiawati Utomo, Kompasianer Mettasik

Penulis Puisi Dhamma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun