Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Teras ala Buddhisme

17 Mei 2023   05:55 Diperbarui: 17 Mei 2023   05:51 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halooo, apa kabar para pembaca sekalian?

Semoga kesehatan serta kesuksesan selalu menyertai di mana pun kita berada. Kali ini saya akan membahas mengenai pengertian Filosofi Teras, tetapi ini Filosofi Teras ala Buddhisme.

Pertanyaannya yang mungkin terlintas adalah, apakah ada hubungannya Filosofi Teras dengan konsep buddhisme. Sebelum saya jawab, Filosofi Teras ini merupakan buku karya Henry Manampiring. Silahkan teman-teman yang masih ingin mengetahui lebih dalam lagi, bisa membaca buku tersebut yaaa...

Filosofi Teras sebenarnya hampir menyerupai paham Stoikisme, yang sudah pernah saya bahas sebelumnya di akun ini. Namun, Filosofi Teras ini merupakan pemahaman yang lebih sederhana lagi dari pemahaman Stoikisme.

Filosofi Teras adalah sebuah inti atau esensi dari sebuah ajaran atau pemikiran tertentu. Dalam konteks agama dan kepercayaan, Filosofi Teras sering kali merujuk pada konsep-konsep serta pemahaman-pemahaman fundamental yang membentuk dasar dari pemikiran atau ajaran tersebut.

Dalam pemahaman ala Buddhisme, Filosofi Teras mengacu dan berpegang pada pemahaman Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Tengah yang diajarkan oleh Guru Buddha, Siddhartha Gautama.

Empat Kebenaran Mulia mengajarkan tentang sifat kehidupan yang sementara, sering berubah, penuh penderitaan, dan jalan untuk mencapai pembebasan dari penderitaan tersebut melalui penghilangan keinginan yang tidak terpuaskan. Yuk kita lihat apa itu pemahaman tentang Empat Kebenaran Mulia itu sendiri

Yang pertama kita, diajarkan untuk mengetahui tentang Kebenaran Penderitaan (Dukkha) yang dimaksud pemahaman ini adalah segala sesuatu dalam kehidupan manusia adalah sementara, tidak tetap dan berubah-ubah, dan karena itu kehidupan selalu diwarnai oleh penderitaan, serta ketidakpuasan yang datang silih berganti.

Yang kedua adalah kita diajarkan untuk mengetahui tentang Kebenaran Asal-Usul Penderitaan (Samudaya) yang dimaksud tentang pemahaman ini adalah penderitaan yang berasal dari nafsu dan keinginan yang tidak terpuaskan dan tercapai. Tentunya ini sering sekali terjadi dalam kehidupan kita.

Yang ketiga adalah Kebenaran Penyebab Berakhirnya Penderitaan (Nirodha). Penderitaan dapat diakhiri dengan memutus mata rantai nafsu dan keinginan yang tidak terpuaskan.

Dan, yang keempat adalah Kebenaran akan Jalan Menuju Berakhirnya Penderitaan (Magga). Jalan untuk mengakhiri penderitaan adalah dengan mengikuti Jalan Tengah, yang menggabungkan kebijaksanaan, moralitas, dan meditasi.

Nah, tentunya kita ingin mengetahui apa itu pengertian tentang Jalan Tengah yang Guru Buddha ajarkan pada kita. Jalan Tengah adalah pemahaman tentang menemukan keseimbangan di antara kehidupan yang bermakna dan tidak terikat pada keinginan yang tidak terpuaskan.

Ini melibatkan kebijaksanaan dan kesadaran dalam memahami realitas sejati, moralitas dalam tindakan kita, dan meditasi dalam mengembangkan kesadaran diri dan konsentrasi.

Dengan mengikuti Jalan Tengah, seseorang dapat mencapai keadaan kesadaran yang disebut Nibbana, yaitu keadaan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi.

Dan tentunya filosofi teras ini dapat kita terapkan dalam praktik kehidupan sehari-hari dan paham buddhisme loh, yuk kita intip:

Mengembangkan kesadaran diri.

Cobalah belajar untuk lebih sadar dan memperhatikan pikiran, emosi, serta tindakan yang kita lakukan. Dengan memperhatikan diri sendiri, kita dapat memahami keinginan, kebiasaan, dan pola perilaku kita yang mungkin tidak sesuai atau tidak bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.

Berlatih meditasi

Latihan meditasi adalah cara yang efektif untuk mengembangkan kesadaran diri, meningkatkan konsentrasi, dan mengatasi stress, serta kecemasan. Luangkan waktu untuk meditasi setiap hari, walau hanya selama beberapa menit.

Menerapkan moralitas yang baik

Buddhisme mengajarkan etika serta moral yang baik seperti menghindari kekerasan, berbicara jujur, dan berbuat baik kepada orang lain. Cobalah untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam praktik kehidupan sehari-hari kita.

Menerima ketidaksempurnaan

Tentunya kita setuju bahwa, tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk diri kita sendiri. Tetapi kita bisa belajar untuk menerima ketidaksempurnaan dan ketidakpastian dalam hidup, sekaligus belajar untuk bersikap fleksibel dalam menghadapi situasi yang sulit.

Berkontribusi pada kesejahteraan orang lain

Paham Buddhisme mengajarkan bahwa membantu orang lain dapat membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. Tentunya rasa Bahagia ini hanya dapat dirasakan bagi yang melakukannya. Tidak dapat ternilai serta tersirat dalam kata.

Tentunya semua praktik tersebut dapat kita lakukan. Hanya saja dalam menerapkannya ada kesukaran yang dihadapi. Tetapi, ingatlah satu hal bahwa kita diajarkan Guru Buddha untuk senantiasa berjuang dengan sungguh-sungguh dalam segala aspek. Mari kita belajar untuk menjalaninya.

**

Jakarta, 17 Mei 2023
Penulis: Jenny Lie, Kompasianer Mettasik

Appamadena Sampadetha, Berjuanglah dengan Sungguh-Sungguh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun