Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Berharga 10 Hari Tanpa Bicara

3 Mei 2023   05:55 Diperbarui: 3 Mei 2023   05:53 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari 1 sampai 3 tidak ada rintangan yang berarti. Tersebab sudah biasa melakukannya setiap hari.  Latihan memperhatikan nafas ini semakin memantapkan diri saya dari latihan sebelumnya. Pikiran semakin terpusat dan tenang karena lingkungan yang kondusif untuk latihan. Ketenangan semakin mendalam walaupun kondisi ini harus disadari selalu berubah. Banyak gambaran batin yang muncul bahkan rintangan batin yang muncul.

Hari ke 4 sampai 5, mulai beralih ke meditasi vipassana dimana ada sesi 1 - 2 jam tidak diperkenankan untuk merubah posisi duduk, bergerak, atau keluar dari ruangan. Ini sangat berat sekali karena pikiran terbiasa liar dan mudah mengkhayal.

Hari ke 4 dan 5 pikiran selalu ingin menyerah untuk mengakhiri latihan ini, ingin pulang dan pikiran semakin memberontak. Sebab rasa sakit yang luar biasa di kaki, paha, punggung, dan ketegangan di kepala semakin terasa dan cukup diamati saja. Tentu rasa bosan, tidak sabar, penderitaan yang muncul diseluruh tubuh ini berubah-ubah. Menjalar pada setiap titik yang berbeda.

Kadang saya bertanya-tanya, untuk apa sih kita memperhatikan penderitan ini? Tentu tujuannya adalah agar kita bisa melihat penderitaan itu sebagaimana adanya.

Mengamati perasaan ini selalu berubah dan bukan milik kita. Memang tidak mudah bagi orang yang sudah terbiasa menutupi penderitaan dengan kesenangan sesaat. Yang tidak memiliki kesabaran ketika keinginannya tidak tercapai. Tidak bisa menahan rasa sakit fisik.

Ketika mengamati perasaan atau sensasi yang muncul keragu-raguan akan praktek vipasana akan muncul setiap momen. Apakah ini sudah benar atau tidak yah? Apalagi latihan ini baru pertama kali dilakukan.

Hal ini wajar terjadi sebab kita terbiasa menolak perasaan yang tidak enak pada tubuh dan pikiran. Sehingga menimbulkan kebencian. Kemudian kita terbiasa hanya mengharapkan dan menerima perasaan nyaman saja, sehingga tanpa disadari menimbulkan kemelekatan akan nafsu keinginan.   

Pikiran perlu dilatih dengan kesadaran terus-menerus karena kita telah terbiasa hidup dalam ketidaksadaran.

Hari ke 6 -- 9 sudah mulai berdamai dengan diri sendiri dan lingkungan. Walaupun masih banyak pertanyaan yang harus dijawab dengan pengalaman langsung.

Setiap saat perasaan ini berubah seperti gelombang yang mengalir kemudian cepat berlalu. Setiap sesi meditasi dari pagi sampai malam perasaan ini selalu berubah.

Terkadang gelisah, takut, ingat masa lalu, masa depan, dan khawatir dengan kondisi keluarga di rumah. Kadang sesi berikutnya tenang dan mendalam. Ketika istirahat dan jalan pagi dengan rileks malah banyak pengetahuan dhamma yang muncul dari proses latihan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun