Segala perbuatan atas dasar Metta (Cinta kasih) demi kebahagiaan makhluk lain, harus dilakukan dalam bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan secara berkesinambungan, tidak hanya sewaktu-waktu. Sebuah latihan dalam kehidupan nyata, kadang gagal, kadang berhasil, tapi harus terus berjuang untuk melakukannya.
Seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri tidaklah mudah melakukan hal ini, karena segala pikiran, ucapan dan tindakannya yang dilakukan demi kepentingan diri sendiri, demi memuaskan nafsunya.
Seseorang yang sedang memuaskan nafsunya, disebut sedang dalam penderitaan. Karena tidaklah mungkin nafsu keserakahan, nafsu amarah akan terpuaskan.
Jelas, bahwa seseorang yang mementingkan diri sendiri adalah orang yang menderita.
Kebalikannya, jika seseorang tidak mementingkan dirinya sendiri, ia tidak diliputi oleh nafsu keserakhan, nafsu amarah, sehingga hatinya tidak diliputi penderitaan, ia tidak menderita.
Seseorang yang pikiran, ucapan dan perbuatannya dilakukan demi kebahagiaan, demi manfaat orang lain, orang yang demikian orang yang bebas dari penderitaan.
Seseorang yang memiliki cinta kasih yang sangat kuat, siapapun mereka, dari agama apapun akan memiliki aura cinta kasih yang sangat kuat. Bahkan begitu kuat cinta kasihnya, ketika seseorang dekat dengannya akan merasa bahagia, bahkan dapat meneteskan air mata.
Dengan melatih Metta, bukan saja kebahagiaan makhluk lain didukung, tapi secara langsung menumbuhkan bibit kebahagiaan, bibit bebas dari penderitaan pada diri sendiri.
Semoga semua makhluk berbahagia.
**
Jakarta, 25 April 2023
Penulis: Jayanto Chua, Kompasianer Mettasik