Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Ceng-Beng Bagiku

18 April 2023   05:55 Diperbarui: 18 April 2023   05:51 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gue tanggal 22 kemarin ke Krawang, ke mama. Minggu besok ke gunung gadung ke si papa. Makanya gue kalau cengbengan ga cukup satu hari, untung kemarin ada libur, kalau ga ampe minggu depan gue masih sibuk ke kuburan." Ria berkata tanpa melihat ke arahku.  

"Oh elo udah ke si mama, terus yang tadi beli untuk siapa? Kata elo buat si mama?"

"Ya, kemarin gue isi kopernya dengan baju-baju yang tadi gue tunjukin ke elo. Baru kepikir omongan elo tadi, mama gue ga pernah pakai kebaya, kenapa kemarin gue isiin kopernya pakai kebaya ya."

"Nah lho, entar si mama binggung deh, nih baju apa? Gimana pakainya? Elo beliin sarungnya ga?" Tanyaku terheran-heran dengan aksinya.

"Ga." Ria menjawab singkat. Aku pun diam. Tapi, di dalam hati aku ngakak.

Aku pikir apa yang temanku lakukan ini sangat tidak masuk akal. Ia melakukan ritual hanya ikut-ikutan saja. Jadi, yang dibeli juga ngasal.

Bukan hanya temanku yang satu ini. Tapi, banyak juga orang di luar sana yang heboh sembayang Ceng Beng hanya sekedar ikut-ikutan. Di keluargaku sendiri sudah tidak pernah ada ritual sembayang leluhur. Kedua orang tuaku dikremasi dan abunya dibuang kelaut.

Ayahku penganut Khong Hu Cu, ibuku sudah menerima Yesus jauh sebelum meninggal. Adik-adik dan keponakanku pun sudah pindah ke Katholik. Maka kami putuskan bersama untuk mendoakan orang tua kami sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

Setiap pagi, saat aku ber-Pindapatta kepada Bhante dan Ayya, aku selalu melimpahkan jasa kebajikan yang kuperbuat untuk orang tuaku, leluhurku dan semua mahkluk yang berhubungan karma denganku. Pelimpahan jasa atau istilah Buddhish-nya disebut Pattidana ini dapat kulakukan setiap saat aku melakukan perbuatan baik.

Setiap masa-masa Ceng Beng dan Cit Gwe, banyak Vihara yang menggelar pemasangan lilin, aku juga ikutan pasang lilin untuk penerang bagi leluhur dan semua mahkluk yang berhubungan karma denganku. Kalau dulu aku selalu hadir pada saat acaranya, tapi sekarang aku hanya mengikutinya dari dalam hati.

Menurutku berbakti pada orang tua selayaknya dilakukan pada saat beliau masih hidup. Berbahagialah orang-orang yang masih mempunyai orang tua, jangan lewatkan kesempatan emas untuk merawat orang tua kalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun