Menurutku, ini paling berbahaya, karena di saat kita kehilangan kesadaran, maka dengan mudah kita dapat saja melakukan ke-empat sila diatas tanpa rem.
Aku pernah silang pendapat dengan salah seorang Bhikkhu, karena bagiku, jika minum tanpa mabuk dan ketagihan, itu tidak melanggar sila. Perdebatan itu tidak menghasikan solusi untukku, sampa tanpa sengaja aku tercerahkan oleh ceramah salah seorang Lungpo (Bhante Thailand) yang menceritakan tentang pengalaman mati surinya tentang kebiasaannya minum disaat beliau belum menjadi anggota Sangha. Aku beruntung dapat tersadarkan.Â
Jujur dari kelima sila itu yang paling sering kulanggar adalah sila ke-empat, karena aku tuh orang yang super-duper iseng, karena keisenganku tanpa  kusadari  jadi sering  keluar
kebohongan kecil-kecilan saat menggoda orang, dan aku juga sangat pintar memaki, mulutku setajam silet, dan anehnya aku punya segudang koleksi julukan-julukan yang jelek-jelek, seperti kuntul edan, ular beludak, dan itu tercipta begitu saja tanpa di edit lagi.
"Huh ... Lana ... oh Lana, kok bisa-bisanya attitude jelek dibangga-banggain, malu atuh ...." Â
Mari bentengi diri kita dengan menjalankan Pancasila Buddhis sebaik-baiknya disetiap saat, agar kita dapat menciptakan perlindungan sejati nan hakiki, agar kita dapat terlahir di alam manusia yang mengenal Buddha Dhamma, bahkan menembus alam Nibbana dan tidak terlahir di alam manapun juga.
Ha ... ha ... ha ... Lagaknya kayak orang bijak, kelakuan minus, tapi itulah kehidupanku yang penuh dinamika. Kujalani hidup ini berlandaskan Ajaran Guru Agung Buddha, kuisi dengan perbuatan baik disetiap hembusan nafasku, belajar dan terus belajar membuang semua pikiran, perbuatan, dan perkataan jahat dengan selalu sadar dan mendoakan, serta mengharapkan Semoga Semua Makhluk Berbahagia.
Selalu bersyukur atas buah karmaku yang baik maupun buruk, yang penting dapat kuatasi, ingin kulunasi semua hutang karmaku agar jalan menuju Nibbana terbuka untukku.
**
Jakarta, 27 January 2023
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik
Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat DiamatiÂ