Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pesan Gaib itu Melecut Semangatku

13 Januari 2023   05:55 Diperbarui: 13 Januari 2023   05:56 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan Gaib Itu Melecut Semangatku (gambar: dream.co.id, diolah pribadi)

Aku mulai berdana makan pagi sejak 14 tahun silam, tepatnya setelah ibuku meninggal. Seperti berkaitan dan saling mendukung, karena setahun sebelumnya aku dipindah tugas ke kantor pusat yang beralamat di Senen Raya. Dan itu merupakan keuntungan bagiku karena jalur rutenya menjadi searah dari rumahku di Pasar Baru ke Vihara Buddha Metta Arama (BMA) di jln. Terusan Lembang -- Menteng. Lalu, ke kantor di jalan Senen Raya, dengan kemacetan yang hampir dapat dikatakan tidak pernah dan juga terhindar dari peraturan ganjil genap. Walaupun begitu pukul 7.15 aku sudah harus cabut, agar tidak terlambat masuk kantor.

Dana makan pagi kepada Arya Sangha, kulakukan tanpa jemu setiap hari. Tak peduli Bhante-nya hanya ada satu atau dua orang, yang penting ada ladang untukku menanam karma baik. Di Vihara Buddha Metta Arama, kami juga diberi kesempatan untuk mengikuti chanting pagi, ber-pindapatta nasi, dana makanan, sampai ke pelimpahan jasa. Pokoknya paket lengkap deh, tetapi setiap pagi aku hanya sempat sampai acara pindapatta nasi.

Kalau hari libur aku pun ikut meliburkan diri. He ... he ... he ... bisa-bisanya menciptakan libur dalam menabur karma baik, ya. Itu karena aku malas keluar rumah kalau hari libur kecuali ada keperluan tertentu. Apalagi sekarang ini kalau habis keluar rumah, pulang-pulang harus keramas. Kegiatan ini terhenti sejak covid melanda Indonesia. Selain seringnya WFH, Vihara BMA sempat juga lock down. Pandemi membuat rutinitasku berdana jadi terhenti sekitar dua tahunan, sehingga timbullah kemalasan demi kemalasan. Menuai berbagai alasan yang secara tidak langsung mematahkan semangat.

Terkadang kami mendapat kesempatan extra, yaitu kalau Ayya Santini berkunjung ke Jakarta. Ayya Santini sendiri bermukim di Wisma Kusalayani -- Maribaya. Setiap saat beliau memenuhi undangan ceramah atau ada urusan yang harus diselesaikan di Jakarta, beliau akan bermalam di 53 yang letaknya berdekatan. Sekitar dua ratus meteran dari Vihara Buddha Metta Arama (BMA) -- Menteng. Pada saat itu beliau pasti memberi kesempatan kepada umat untuk berdana. Beliau akan memberikan informasi tentang kedatangan dan keberadaannya di WA grup yang diberi nama : Dana Makan -- 53

Sedangkan grup Sirkus terbentuk karena aku sering mengajak umat lain untuk ikut berdana di 53 kalau Ayya sedang berada di sana. Mulai dari satu, dua orang akhirnya mencapai hingga dua puluh orang. Biasanya kami janjian di BMA sebagai basecamp kami dalam menyiapkan dana ke Ayya, sehingga kami bisa pergi ke 53nya bersamaan, alias bererot seperti rombongan.

Pada suatu hari Ayya menerima kami sambil tersenyum Ayya berkata: "nah ini rombongan Lana datang."

Disambut dengan celetukan kocak Dahlia, salah satu anggota, "Seperti rombongan Sirkus ya Ayya." 

Kami semuanya tergelak, memang sih dalam rombongan kami itu macam-macam. Ada yang pendiam, ada yang suka ngoceh, ada yang suka ngelawak. Pokoknya seru dah. Kami juga saling membantu dalam menyiapkan makanan agar dapat berbarengan ke 53. Yang pasti, kita heboh dan lebih banyak ketawanya.

Saat itu diantara obrolan dan candaan terciptalah WA grup "Rombongan Sirkus." Dan aku didaulat sebagai ketuanya. "He ... he ... he ..." 

Walau sebenarnya yang lebih pantas jadi ketua adalah ci Lina, yang kita julukin bu ReTe. Beliau sangat teramat gesit dan trampil membantu kegiatan Ayya. Dan yang luar biasanya berkat ci Lina alias bu ReTe-nya grup Sirkus dibantu Dahlia, disaat pandemi pun grup ini masih tetap bisa berdana makan ke para Ayya di Wisma Kusalayani nun jauh di Maribaya. Sayangnya, setahun yang lalu beliau mengikuti anaknya pindah ke Singapura. Akan tetapi, walaupun sudah tidak di Indo lagi beliau masih bisa membantu menyalurkan dana grup Sirkus ke Ayya. We miss U bu ReTe. 

Aku baru mulai aktif lagi beberapa hari menjelang Waisak tanggal 16 Mei yang lalu. Dan itupun masih bolong-bolong. 

Iya ... ya ... ya ... semangatku untuk menyiapkan makanan untuk berdana ke Ariya Sangha sepertinya telah terkubur kenyamanan berleha-leha. Apalagi aku sempat terserang penyakit mata yang mengharuskanku untuk mengistirahatkannya 

Sssttt ... ini juga alasan, karena sejak tanggal 27.11.22 jauh hari sebelumnya aku sudah absen sampai saat ini.

Namun kemarin sore menjelang malam, disaat aku sedang membaca-baca beberapa percakapan masuk yang selama ini terabaikan, karena mataku yang sedang dalam pemulihan, tiba-tiba ... ting... pecakapan dari Ayya Santini masuk melalui jalur pribadi. Tepatnya pada jam 18.46. Langsung saja pesan beliau kubalas, sekalian kukirimkan ke grup "Sirkus."

Menurutku kejadian ini termasuk aneh bin Ajaib. Bermula dari chat Ayya Santini ke japriku.    

A. Santini: "Selamat sore semua, hari ini saya otw ke Menteng, bagi siapa yang mau dana makan untuk besok pagi dipersilahkan, Anumodana. Saya besok siang sudah Kembali ke Maribaya lagi, jadi cuma semalam saja di mentengnya. Sampai ketemu."

Langsung kubalas: "Namaskara, Namo Buddhaya Ayya (aku masih terbiasa dengan kesalahan ini, seharusnya Vandami Ayya, Sukhi Hontu), semoga besok pagi Lana bisa dana ya Ayya. ttdj, CU."

Pesan itu langsung kuteruskan ke grup "Sirkus" tanpa menyadari keanehannya.  Karena biasanya Ayya memberitahu di grup Dana Makan -- 53 bukan melalui japri.

Syahdan, akupun sibuk mencari bahan yang bisa didanakan. Oh... ada telur, kepikir mau bikin tahu telur tim aja yang gampang. Tapi, setelah kucari-cari, ternyata tidak ada telur di rumah. Di dalam kegalauan, kemalasan kembali menyerang diriku, semangatku menguap entah kemana. "Aku malasss ...!!!"

Mungkin karena tanggal 31.12.22 kantor diliburkan, maka muncul ide menghabiskan akhir tahun sambil berleha-leha di rumah. Akan tetapi, kedatangan Ayya jarang-jarang. Jangan sampai terlewatkan.

Beberapa orang di grup Sirkus menyatakan tidak bisa ikutan dana ke Ayya karena sudah terlanjur berencana untuk Pindapatta di Citra 8. 

"Ting ..." Pukul 19.15, bu Yasodha membagi tulisanku di Mettasik. Tulisan itu lalu kushare ke ci Susan yang menyukai karya-karyaku. Sekalian mengajaknya ketemuan saat dana ke Ayya. Di sini ada juga keanehan. Biasanya ci Susan rajin respon apalagi kalau lagi online. Setelah kupanggil-panggil, ia akhirnya menjawab sapaanku dengan menyapaku pakai embel-embel "ci" di depan namaku. Akhirnya aku sadar. Ini bukan ci Susan Surabaya, melainkan ci Susan Pluit.

Setelah menyadari kekeliruan itu, aku chat ci Susan Surabaya. Memberitahukan kedatangan Ayya dan sekalian mengajak ketemuan di 53. Mungkin karena merasa aneh (sebab tidak ada pemberitahuan di grup makan 53), ci Susan langsung konfirmasi ke Ayya. Dan memberitahuku jawaban Ayya, 

"Beliau ada di Maribaya sedang membimbing latihan meditasi dan itu baru selesai tanggal 02.01.23 dan kemungkinan Ayya baru ke Jakarta tanggal 07.01.2023."

Waktu aku hendak membuktikan chat Ayya ke ci Susan, ternyata yang ada di japri Ayya cuma chat jawabanku, tidak ada chat dari Ayya. Baik di japri, maupun di grup Dana Makan -- 53. Semuanya tidak ada.

Aku langsung copas, percakapan Ayya dengan ci Susan ke grup Sirkus, agar jangan ada yang terkecoh. Pagi-pagi datang ke BMA, Basecamp tempat kami menyiapkan  dana untuk Ayya di 53. Biasanya kalau ada Ayya kita datang agak pagi untuk menyiapkan makanan untuk kedua tempat karena Ayya vegetarian sedangkan Bhante tidak.

Aku mencoba mencari kembali percakapanku dengan Ayya. Tapi, aku tidak menemukannya lagi. Mungkin karena aku gaptek, jadi aku tidak dapat menemukannya. Lalu, aku minta tolong kemenakanku untuk melacaknya. Juga tidak ketemu. Memang aneh sih. Masa sih aku halu? Benar-benar penasaran.

Malam kulalui dengan tidur nyenyak sampai jam 5.30. Aku masih berharap, seandainya memang mau pergi dana pasti tidak akan telat. Setelah memberi makan kucing, aku tidur lagi sampai ada telpon dari seorang teman dari grup Sirkus yang sudah datang di 53. Dia tidak percaya dengan keterangan satpam kalau Ayya tidak sedang menginap disana. Kasian dia jauh-jauh dari Tanggerang, akhirnya kecele. 

Aku jadi merinding, apakah kemalasanku sudah mencapai tingkat dewa sehingga semangatku telah lenyap, sehingga ada lecutan dibalik pesan misterius itu??? Kutak tau, yang jelas pada hari itu, tanggal 31.12.22 kuceritakan kepada teman-temanku semua " pesan gaib yang raib, hilang tak berbekas..."    

Yuk teman-teman kobarkan semangatmu dalam merajut harapan di lembaran hari-hari yang kita lalui di tahun 2023. Semangat/ Viriya harus tetap bergelora dalam jiwa, agar kita tidak mati dalam hidup.

Selamat Tahun Baru 2023, Semoga Semua Mahkluk Berbahagia.

**

Jakarta, 13 Januari 2023
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik

Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun