Kemarin pagi, seorang sahabat misuh-misuh. Perkaranya tentang kawannya yang menurutnya tidak tahu diuntung. Ia bilang, sudah memendam perkara itu cukup lama, bahkan sangat lama. Hingga akhirnya kesabarannya meledak di pagi itu.
"Berbuat jahat itu mudah, berbuat baik susah," itu katanya
Tentu saja saya tidak perlu menjelaskan duduk perkaranya. Ini bukan artikel gosip. Namun intinya, si sahabat tidak terima. Kawannya itu sudah melakukan kesalahan yang sama berulang kali (menurutnya).
Yang ingin saya fokus adalah ungkapan "berbuat jahat itu mudah."
Ah, ternyata sahabatku benar. Hasil bengong dan bloong selama beberapa menit, berhasil memunculkan rentetan peristiwa perlakuan jahat yang kuterima dalam hidupku. Aih...
Akan tetapi...
Saya hidup di dua dimensi yang berbeda. Antara kesadaran dan ketidaksadaran. Jika sisi mindfulness sedang aktif, semuanya terasa indah. Bahkan mereka yang memaki tampak seperti sedang bernyanyi di hadapanku. Terima kasih kuberseru!
Tapi, jika sedang tidak eling lan waspodo, semut pun bisa menjadi korban keberingasanku. "Siapa suruh elu terlahir sebagai semut. Eh..."
Nah, kedua sisi ini yang membuatku menjadi dua pribadi berbeda. Untungnya tidak sampai mengidap gejala kepribadian ganda. Sehingga kisah hidupku tidak perlu difilmkan.
Jadi, mari kita melihat defenisi perbuatan jahat dari kedua sisi ini dengan bobot yang sama. Biar adil, kata Judge Bao.