Banyak teman, saudara, atau keluarga mulai beralasan untuk tidak mengikuti acara pemberangkatan jenazah ke tempat krematorium atau ke tempat kubur.
Sesampai di tempat kubur atau krematorium maka akan dibacakan doa dan pemberian hormat terakhir. Peti mati bersama dengan jenazah saja masuk ke dalam ruangan api untuk dibakar sedangkan teman-temannya, saudara-saudaranya, ataupun keluarganya hanya berada di depan pintu krematorium. Biasanya, setelah jenazah selesai dibakar maka pihak keluarga akan mengambil abunya dan masukkan ke dalam guci.
Demikian juga jika yang meninggal memilih untuk dikuburkan maka pada saat peti mati dan jenazah dimasukkan ke dalam lobang, teman-temannya, saudara-saudaranya, ataupun keluarganya akan meninggalkannya.
Cerita perenungan tentang mayat di atas menguraikan bahwa harta dunia adalah tidak kekal. Harta yang kita miliki, tidak dapat menemani pada saat kita meninggal. Akhirnya kita akan sendiri. Teman, saudara, dan keluarga juga akan meninggalkan kita.
Kita harus dapat belajar untuk merelakan. Dengan kerelaan, kita tidak melekat pada kekayaan dan kekuasaan. Kita dapat berlatih kerelaan dengan berdana. Kerelaan dapat mengurangi penderitaan dalam hidup kita. Latihan terhadap kerelaan secara bertahap dapat mendatangkan kebahagian bagi kita.
Semoga kita dapat bebas dari kemelekatan. Semoga kita dapat berbahagia. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu...sadhu...sadhu.
Salam metta.
**
Medan, 14 November 2022
Penulis: Thomas Sumarsan Goh, Kompasianer Mettasik
Long Life Learning
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H