Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

6 Faktor Penghambat Pelatihan Sila

12 November 2022   06:53 Diperbarui: 12 November 2022   06:57 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
6 Faktor Penghambat Pelatihan Sila (gambar: pewresearch.org, diolah pribadi)

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan paling sempurna dibandingkan makhluk lainya, karena manusia memiliki akal dan budi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menjalani kehidupan. Proses tujuan kehidupan manusia cenderung kepada tujuan menjalankan prinsip hidup untuk mencapai kebahagiaan.

Dalam pandangan dan pengertian ajaran Buddha, pilihan hidup sebagai manusia ada dua, yaitu memilih menjalani kehidupan sebagai Pabajita (pertapa) dan menjalani hidup sebagai Garavasa (perumah tangga). Dua pilihan ini yang menjadi pilihan bagi umat Buddha.

Pilihan kehidupan ini menjadikan manusia akan lebih fokus pada proses menjalani kehidupan. Tidak banyak bagi umat Buddha yang memilih menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa (pabajita) karena membutuhkan cukup besar timbunan karma baik yang harus dimilikinya. Kehidupan sebagai seorang pabajita menjalankan peraturan Vinaya sebanyak 227 peraturan yang semuanya harus dijalani dan dijaga dengan baik.

Pilihan yang kedua yaitu kehidupan sebagai garavasa (perumah tangga) yang harus menjalankan 5 (lima) latihan dasar sila, yaitu Pancasila Buddhis. Lima latihan dasar ini yang menjadi rambu-rambu bagi perumah tangga untuk menjalani proses kehidupan agar mendapatkan kehidupan yang berkualitas dan kehidupan yang mampu memanajemen karma.

Pelatihan sila bagi perumah tangga tentunya memerlukan niat (adithana) yang kuat, bukan sekadar mengetahuainya saja namun harus dipraktekan. Lima peraturan sila ini merupakan latihan untuk tidak melakukan perbuatan jahat, seperti melakukan pembunuhan (syarat memenuhi unsur pembunuhan), melatih tidak melakukan pencurian atau mengambil barang yang bukan milik kita, melatih tidak melakukan perbuatan asusila, melatih tidak melakukan perbuatan berbohong atau berkata yang menyesatkan dan tidak mengonsumsi minuman keras (alkohol, narkoba dan sejeninya) yang dapat melemahkan kesadaran pikiran.

Latihan ini tentunya cukup sulit bagi seseorang apabila tidak sunguh-sunguh dalam  menjalani latihannya. Kesulitan pelatihan sila ini karena ada 6 (enam) faktor yang akan menjadi penghambatnya, yakni sebagai berikut:

  • Faktor Pekerjaan

Rutinitas pekerjaan akan memberikan dampak serius pada tingkat pelatihan SILA, karena pekerjaan terkadang dapat memberikan tekanan pada diri kariawan yang membuat seseorang menjadi banyak kehilangan waktu, kehilangan mental yang baik, kehilangan konsenterasi, dan banyaknya tuntutan pekerjaan yang harus berhadapan dan berpotensi pada pelangaran sila.

Faktor pekerjaan membuat pilihan dilematis karena setiap orang butuh pekerjaan untuk keberlangsungan kehidupan rumah tangga, namun kembali kita harus berpikir secara bijak karena kita memiliki kemampuan yang baik untuk dapat mengatur semua rutinitas kita, sehingga kita dapat membagi bagaimana saat bekerja yang tetap menjaga dan melatih sila dengan baik, menghindari pekerjaan yang berpotensi pelangaran sila. Dari faktor pekerjaan sangat berpotensi terjadi pelangaran sila sehingga akan memunculkan berbagai permasalah yang menimbulkan penderitaan.

  • Faktor Community Social

Lingkungan memberikan proses yang berbeda disetiap kehidupan, karena banyak karakter dan prinsip yang berbeda yang dapat mempengaruhi kehidupan kita, faktor lingkungan ini berperan cukup besar dalam pelangaran yang dapat menyebabkan terganggunya pelatihan sila. Karena faktor komunitas lingkungan merupakan kumpulan orang-orang yang berbeda karakter, pendidikan, ekonomi dan memiliki tujuan yang berbeda pula.

Sehingga pergaulan di dalam komunitas sosial apabila tidak bijak akan berpotensi pelanggaran dan terhambatnya pelatihan sila yang menyebabkan kualitas diri kita semakin rendah dari sisi sila dan batin. Oleh karenannya dibutuhkan kebijaksanaan dalam bergaul dikomunitas sosial, mampu membedakan hal yang patut untuk diikuti dan hal yang tidak patut untuk diikuti.

  • Faktor Keluarga

Keluarga menjadi salah satu penyebab faktor terhambatnya pelatihan sila apabila dalam menjalani kehidupan berkeluarga tidak didasari pengertian benar, keluarga memberikan pendidikan yang paling utama untuk membentuk karakter, pola berpikir dan tindakan.

Dalam kehidupan berkeluarga kondisi permasalahan banyak terjadi seperti masalah pertengkaran orang tua, anak, dan saudara yang disebabkan berbagai permasalah. Kondisi inilah yang menjadi penghambat pelatihan sila karena ketika terjadi pertengkaran akan timbul pelanggaran pada sila, seperti berkata kasar, berbohong, timbul pemikiran kebencial, dan akan timbul pelampiasan dengan melalukan minum-minuman keras atau pelanggaran sila lainnya.

Keluarga seyogyanya diciptakan seperti kehidupan surga (kebahagiaan), hanya bagaimana kita saling memahami, mengerti, menghargai dan dan mendukung satu sama lain walau kepercayaan dalam satu keluarga berbeda-beda. Panna (kebijaksaan) harus dikembangkan terus karena dengan memiliki kebijasanaan yang baik akan menjadi kekuatan untuk tetap melatih sila dengan baik dalam kehidupan keluarga.

  • Faktor Teman

Memilih Teman yang salah akan menjadi faktor penghambat pelatihan sila, karena teman ini mempunyai pengaruh sangat besar dalam kehidupan kita, setiap hari kita selalu bertemu dengan teman, baik dalam pekerjaan, bermain dan lainya. Buddha Gautama sudah menjelaskan bagaimana memilih teman yang baik yang dapat memberikan kemajuan batin. Kategori teman sesuai ajaran Buddha terbagi menjadi dua yaitu Kalyanamitta (teman yang baik) dan Akalyanamitta (teman yang jahat).

Kalyanamitta (Sahabat yang baik)

Sahabat penolong (upakaro mitto),
Sahabat pada waktu senang dan susah (samanasukha dukkhomitto)
Sahabat yang memberi nasehat baik (atthakhayamitto)
Sahabat yang bersimpati (anukampakamitto).

Akalyanamitta (teman yang jahat)

Orang yang tamak (Annadathuro),
Orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu (Vaci paramo),
Penjilat (Annuppiyabhani), dan
Kawan pemboros (Apayasahayo).

Ketika kita sampai salah dalam memilih teman atau sahabat maka pelatihan sila akan terganggu dan menjadi penghambat, oleh karenanya penting bagaimana kita memilih sahabat atau teman yang sesuai syarat pada ajaran Buddha, ketenangan, dan kejelian sangat di butuhkan.

  • Faktor Aktivitas

Rutinitas yang terlalu padat dan tidak terkontrol menimbulkan tingkat kelelahan secara fisik dan pikiran. Dengan kondisi seperti itu akan menimbulkan lemahnya kontrol diri pada setiap tindakan dan perbuatan.

Banyak orang yang mengalami kondisi yang tidak baik dari sisi kesehatan fisik dan pikiran ketika tidak mampu mengontrol aktivitas dengan baik. Memaksakan aktivitas yang berlebihan dengan berprinsip menyelesaikan pekerjaan atau target namun hal ini akan menimbulkan bahaya pada orang tersebut.

Dengan tidak terkendalinya aktivitas kita dengan baik maka akan menjadi faktor penghambat pelatihan sila, karena fisik kita sudah mengalami kelelahan dan pikiran tidak terkonsenterasi dengan baik. Kondisi seseorang seperti ini bukan hanya berpotensi menghambat pelatihan sila juga berpotensi membuat pelangaran sila.

Sidharta Gautama pernah disadarkan oleh serombongan penyanyi ronggeng pada saat beliau melakukan pertapaan yang sangat ekstrim yang tidak menghasilkan penerangan agung seperti apa yang beliau cari. Sehingga saat mendengarkan syair yang berbunyi :

Bila senar gitar di tarik terlalu kendor, maka suaranya akan semakin rendah, bila ditarik kuat, maka suaranya tinggi. Jika ditarik semakin tinggi, maka suaranya semakin keras. Jika ditarik terlalu keras, maka senar gitar dapat putus sehingga suaranya akan hilang, maka tarikah senar gitar itu secara sedang-sedang".

Syair inilah yang menyadarkan beliau betapa pentingnya menyetel kehidupan kita dengan tepat dan benar sehingga menghasilkan satu tujuan dalam kehidupan kita.

  • Faktor Kemalasan

Sifat malas berdampak besar pada pelatihan Sila, karena sifat malas merupakan salah satu kondisi berbahaya yang ada pada diri manusia. Ketika seseorang akan memulai aktivitas dalam bekerja ataupun pada posisi melakukan kebaikan. Perasaan malas pada diri seseorang ini terkadang datang secara tiba-tiba, hal yang sudah tersusun dengan rapi pada agenda kegiatan ataupun aktivitas akan menjadi tertunda dan tidak terlaksana, sehingga apa yang sudah diharapkan dan target tidak bisa dicapai. Sifat malas ini telah di elaskan oleh Buddha pada syair Dhammapada syair 112, sebagai berikut:

Yo ca vassasatam jive, kusito hinaviriyo ekaham jivitam seyyo, viriyam arabhato dalham.

Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi malas dan tidak bersemangat, maka sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang berjuang dengan penuh semangat. 

Sifat malas ini menjadi faktor penghambat pada pelatihan sila, yang menimbulkan kualitas hidup kita saat ini maupun yang akan datang akan berakibat buruk, dan bisa dikatakan menimbulkan kehidupan yang tidak bahagia atau akan terlahir di alam rendah.

**

Karma baik yang sudah kita miliki dikehidupan ini harus terus kita tingkatkan dan terus latih serta jaga sila dengan sempurna, tidak semua makluk memiliki karma baik terlahir sebagai manusia dan mengenal Dhamma Buddha. Oleh karenanya jangan pernah sia-siakan kehidupan ini dengan tindakan atau perbuatan yang melanggar sila. utamakan pelatihan sila dengan baik agar kita memiliki kehidupan yang berkualitas dimanapun kita terlahir sampai mencapai Nibbana.

Semoga bermanfaat dan semoga semua makluk hidup berbahagia
Sadhu, sadhu, sadhu.

**

Palangka Raya, 12 November 2022
Penulis: Dr. Joko Santoso, S.Ag., MM, Kompasianer Mettasik

Birokrat, Akademisi, Motivator Religius , Enterprenuer dan Aktifis Gerakan  Nasional Anti Narkotika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun