Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan paling sempurna dibandingkan makhluk lainya, karena manusia memiliki akal dan budi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menjalani kehidupan. Proses tujuan kehidupan manusia cenderung kepada tujuan menjalankan prinsip hidup untuk mencapai kebahagiaan.
Dalam pandangan dan pengertian ajaran Buddha, pilihan hidup sebagai manusia ada dua, yaitu memilih menjalani kehidupan sebagai Pabajita (pertapa) dan menjalani hidup sebagai Garavasa (perumah tangga). Dua pilihan ini yang menjadi pilihan bagi umat Buddha.
Pilihan kehidupan ini menjadikan manusia akan lebih fokus pada proses menjalani kehidupan. Tidak banyak bagi umat Buddha yang memilih menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa (pabajita) karena membutuhkan cukup besar timbunan karma baik yang harus dimilikinya. Kehidupan sebagai seorang pabajita menjalankan peraturan Vinaya sebanyak 227 peraturan yang semuanya harus dijalani dan dijaga dengan baik.
Pilihan yang kedua yaitu kehidupan sebagai garavasa (perumah tangga) yang harus menjalankan 5 (lima) latihan dasar sila, yaitu Pancasila Buddhis. Lima latihan dasar ini yang menjadi rambu-rambu bagi perumah tangga untuk menjalani proses kehidupan agar mendapatkan kehidupan yang berkualitas dan kehidupan yang mampu memanajemen karma.
Pelatihan sila bagi perumah tangga tentunya memerlukan niat (adithana) yang kuat, bukan sekadar mengetahuainya saja namun harus dipraktekan. Lima peraturan sila ini merupakan latihan untuk tidak melakukan perbuatan jahat, seperti melakukan pembunuhan (syarat memenuhi unsur pembunuhan), melatih tidak melakukan pencurian atau mengambil barang yang bukan milik kita, melatih tidak melakukan perbuatan asusila, melatih tidak melakukan perbuatan berbohong atau berkata yang menyesatkan dan tidak mengonsumsi minuman keras (alkohol, narkoba dan sejeninya) yang dapat melemahkan kesadaran pikiran.
Latihan ini tentunya cukup sulit bagi seseorang apabila tidak sunguh-sunguh dalam  menjalani latihannya. Kesulitan pelatihan sila ini karena ada 6 (enam) faktor yang akan menjadi penghambatnya, yakni sebagai berikut:
Faktor Pekerjaan
Rutinitas pekerjaan akan memberikan dampak serius pada tingkat pelatihan SILA, karena pekerjaan terkadang dapat memberikan tekanan pada diri kariawan yang membuat seseorang menjadi banyak kehilangan waktu, kehilangan mental yang baik, kehilangan konsenterasi, dan banyaknya tuntutan pekerjaan yang harus berhadapan dan berpotensi pada pelangaran sila.
Faktor pekerjaan membuat pilihan dilematis karena setiap orang butuh pekerjaan untuk keberlangsungan kehidupan rumah tangga, namun kembali kita harus berpikir secara bijak karena kita memiliki kemampuan yang baik untuk dapat mengatur semua rutinitas kita, sehingga kita dapat membagi bagaimana saat bekerja yang tetap menjaga dan melatih sila dengan baik, menghindari pekerjaan yang berpotensi pelangaran sila. Dari faktor pekerjaan sangat berpotensi terjadi pelangaran sila sehingga akan memunculkan berbagai permasalah yang menimbulkan penderitaan.
Faktor Community Social
Lingkungan memberikan proses yang berbeda disetiap kehidupan, karena banyak karakter dan prinsip yang berbeda yang dapat mempengaruhi kehidupan kita, faktor lingkungan ini berperan cukup besar dalam pelangaran yang dapat menyebabkan terganggunya pelatihan sila. Karena faktor komunitas lingkungan merupakan kumpulan orang-orang yang berbeda karakter, pendidikan, ekonomi dan memiliki tujuan yang berbeda pula.
Sehingga pergaulan di dalam komunitas sosial apabila tidak bijak akan berpotensi pelanggaran dan terhambatnya pelatihan sila yang menyebabkan kualitas diri kita semakin rendah dari sisi sila dan batin. Oleh karenannya dibutuhkan kebijaksanaan dalam bergaul dikomunitas sosial, mampu membedakan hal yang patut untuk diikuti dan hal yang tidak patut untuk diikuti.
Faktor Keluarga