Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Donor Organ Tubuh Manusia dalam Pandangan Agama Buddha

11 November 2022   11:11 Diperbarui: 11 November 2022   11:23 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donor Organ Tubuh Manusia Dalam Pandangan Agama Buddha (gambar: allprodad.com, diolah pribadi)

Berdonor organ tubuh dengan didasarkan kepada niat untuk mengurangi penderitaan atau keterbatasan yang dialami oleh orang lain sehingga orang lain tersebut bisa berkurang atau hilang penderitaan atau keterbatasannya, dan menjadi berbahagia, adalah praktik nyata karuna.

Tujuan Buddha membabarkan ajaran-Nya adalah untuk mengurangi penderitaan berbagai makhluk, untuk keselamatan dan kesejahteraan berbagai makhluk. Ajaran Buddha bukan hanya untuk kebahagiaan sementara tetapi untuk mengakhiri secara total atau tuntas penderitaan yang dialami oleh makhluk-makhluk.

Penolakan atau ketidakmauan untuk berpartisipasi dalam melakukan donor organ tubuh atau tubuh (setelah kematian) dari sebagian orang, kemungkinan berasal rasa kuatir, cemas, dan takut yang didasari oleh tidak memadainya pemahaman dan kebijaksanaan sejati akan keberadaan diri.

Ada orang yang percaya bahwa apabila ada bagian tubuh atau organ tubuh mereka yang diambil setelah kematian, mereka selanjutnya akan pergi tanpa kelengkapan diri yang cukup untuk menjalani kehidupan berikutnya atau kehidupan setelah kematian. Mereka mungkin tidak akan diizinkan untuk menjalani kehidupan di surga atau kehidupan yang baik setelah kematian di kehidupan ini karena organ tubuhnya tidak lengkap.

Sesuai dengan ajaran Buddha, kematian seorang manusia terjadi saat kesadaran seseorang terpisah dengan tubuh jasmaninya. Bersambungnya atau berlanjutnya kembali kesadaran, menentukan kehidupan selanjutnya setelah kematian. Jadi tubuh jasmani dari orang yang sudah meninggal, tidak dibawa ke kehidupan selanjutnya meskipun misalnya dia terlahir kembali di alam manusia atau alam-alam kehidupan lainnya yang memiliki tubuh jasmani.

Setelah beberapa waktu seseorang meninggal dunia, tubuh jasmaninya perlahan akan mulai rusak. Tubuh jasmani orang yang sudah meninggal pada akhirnya akan kembali ke sumber energinya masing-masing. Ada yang kembali ke tanah, ada yang kembali ke air, dan ada yang kembali ke udara atau atmosfir. Tidak peduli betapa baiknya tubuh jasmani itu diperlakukan dan disimpan. Hanya soal waktu, tubuh jasmani orang yang sudah meninggal, termasuk berbagai organ tubuh di dalamnya, akan mulai membusuk dan terurai.

Alih-alih membiarkan organ-organ tubuh membusuk dan menjadi tidak ada gunanya lagi sama sekali, donor organ tubuh yang masih dapat digunakan oleh manusia lain yang membutuhkan, dapat menjadi alternatif untuk terus berbuat baik meski episode sebagai manusia di kehidupan ini telah berakhir.

**

Tangerang, 11 November 2022
Penulis: Toni Yoyo, Kompasianer Mettasik

Professional | Trainer |Consultant | Speaker | Lecturer | Author

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun