Selama api ini tengah membakar, semua pengetahuan, semua pemahaman benar menjadi tenggelam. Semuanya lupa. Api ini tidak pernah sepenuhnya padam, menyisakan bara yang tertutupi, menunggu kondisi yang tepat untuk muncul kembali.
Kondisi seperti apa?
Kondisi batin yang sedang kering. Kering dari ajaran luhur, dari Dhamma.
Api ke-Aku-an ini membakar setiap orang, membuatnya mencari kebahagiaan dengan memuaskan keinginan.
Termasuk mencari kepuasan dalam balas dendam dan keinginan untuk menghancurkan orang lain. Padahal ini tidak akan pernah membawa kita menuju kebahagiaan dan kedamaian. Hanya cinta kasih dan belas kasih yang mampu memadamkan kebencian.Â
Ajaran kebenaran atau Dhamma laksana air hujan yang mampu membasahi dan menyejukkan batin. Sungguh sangat beruntung, saat ini banyak Guru-guru Dhamma yang dengan sepenuh hati membabarkan Dhamma demi kepentingan kita, dan sosial media membuatnya menjadi mudah untuk kembali mendengarkan Ajaran-ajaran luhur ini kapanpun kita mau.
Aku tersenyum, dan membuat pengingat, mulai saat ini kalau perasaan yang sama ini muncul lagi, aku paham, artinya kondisi batinku sedang kering. Inilah saatnya aku pulang, menyiram, membasahi, menguatkan batin dan kembali menempuh Jalan Mulia beruas delapan.
Inilah saatnya aku menambah tabungan kebajikan. Selangkah demi selangkah membebaskan diri dari ke-Aku-an, api nafsu, dan kegelapan batin.
Sebelum kematian menjemput, semoga aku selalu punya kesempatan untuk berbuat baik. Walaupun kecil, kebaikan tetaplah kebaikan dan apapun jenisnya kebaikan sangatlah bernilai.
Seperti syair indah yang diucapkan oleh Sang Guru:
"Janganlah meremehkan kebajikan walaupun kecil dengan berkata: 'Perbuatan bajik tidak akan membawa akibat'. Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang dijatuhkan setetes demi setetes, demikian pula orang bijaksana sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan." Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â