Perenungan akan sifat-sifat kematian adalah satu dari cara-cara terbaik guna memunculkan perasaan mendesak untuk mencegah diri kita melakukan upaya-upaya yang tidak pantas dalam pengumpulan harta kekayaan duniawi secara berlebihan dan pemenuhan kesenangan indera yang meluap-luap. Karena itu, jika kita sering merasa kurang akan perasaan yang mendesak atau sering merasa malas untuk bermeditasi, praktik perenungan akan sifat-sifat kematian harus lebih sering kita lakukan.
Perenungan akan sifat-sifat kematian dapat dipraktikkan dengan cara diucapkan (dengan kata-kata yang diperdengarkan atau hanya dilafalkan di dalam pikiran), seperti berikut:
"Kehidupanku merupakan hal yang tidak pasti. Kematianku adalah hal yang pasti. Setiap yang pernah dilahirkan, pasti pada waktunya akan mengalami kematian."
Jika kita rutin atau terbiasa mempraktikkan perenungan akan sifat-sifat kematian; beberapa hal buruk dalam diri kita akan lebih mudah untuk diredakan atau dikontrol. Hal-hal buruk tersebut, contohnya kesombongan, keserakahan, dan kemarahan. Sebelumnya, hal-hal tersebut akan lebih mudah timbul di dalam diri kita jika tidak pernah atau tidak rutin mempraktikkan perenungan akan sifat-sifat kematian.
Kesimpulan
Kita harus berupaya untuk mampu melakukan empat perenungan pelindung secara rutin. Bahkan jika bisa, dilakukan setiap hari karena untuk melakukan keempatnya tidaklah dibutuhkan waktu yang lama, serta tidaklah sulit untuk melakukannya.
Dengan mempraktikkan keempatnya secara rutin, kita akan dapat terhindar dari semua bahaya internal maupun eksternal diri. Juga dengan rutin mempraktikkan keempat perenungan tersebut, semoga cita-cita luhur kita akan dapat tercapai. Yang pasti melalui praktik rutin keempatnya, lima kecakapan atau kekuatan dalam mengendalikan diri akan berkembang dengan pesat. Kelimanya adalah keyakinan, semangat, kesadaran, dan konsentrasi, serta kebijaksanaan.
Selain itu, berbagai perenungan pelindung ini jikalau dapat dipraktikkan secara rutin, pasti akan dapat mendukung peningkatan kualitas meditasi yang kita lakukan, apa pun obyek yang dipilih.
Referensi:
Dr. Mehm Tin Mon. 2012. Intisari Jalan Kesucian (Visuddhi Magga) Volume 1. Medan: Indonesia Tipitaka Center (ITC).
**
Tangerang, 03 November 2022
Penulis: Toni Yoyo, Kompasianer Mettasik