Cinta kasih bisa dipancarkan dengan cara diucapkan (bisa memperdengarkan suara atau cukup dilafalkan di dalam pikiran) secara berulang-ulang dengan penuh fokus atau konsentrasi:
"Semoga saya terbebas dari bahaya. Semoga saya terbebas dari penderitaan batin. Semoga saya terbebas dari penderitaan jasmani. Semoga saya sehat dan bahagia."
"Semoga semua makhluk terbebas dari bahaya. Semoga semua makhluk terbebas dari penderitaan batin. Semoga semua makhluk terbebas dari penderitaan jasmani. Semoga semua makhluk sehat dan bahagia."
Jika kita terbiasa melakukan pemancaran cinta kasih maka ketenangan, ketenteraman, dan kebahagiaan akan meliputi batin kita. Kita terkhusus wajah, akan terlihat oleh orang-orang lain penuh dengan ketenangan dan kejernihan. Kita akan terlihat menyenangkan bagi orang-orang lain. Orang-orang yang berinteraksi dan berelasi dengan kita akan lebih mudah menyenangi, menyukai, bahkan mencintai kita. Bahaya tidak akan datang dari orang lain kepada diri kita. Orang yang berniat tidak baik bisa jadi mengurungkan niat buruknya terhadap diri kita.
Perenungan akan sifat-sifat mulia Buddha
Merenungkan sifat-sifat mulia Buddha termasuk salah satu cara terbaik untuk mengembangkan kepercayaan dan keyakinan terhadap Buddha, serta meningkatkan kejernihan batin. Karena itu, jika kita merasa kepercayaan dan keyakinan terhadap Buddha masih belum sepenuhnya kokoh, praktik perenungan akan sifat-sifat mulia Buddha harus lebih sering kita upayakan untuk dapat dilakukan.
Sifat-sifat mulia Buddha dapat kita ucapkan (dengan kata-kata yang diperdengarkan atau hanya dilafalkan di dalam pikiran) dengan penuh penghormatan, sambil direnungkan:
"Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak-tandukNya, sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbana), Pengenal Segenap Alam, Pembimbing Manusia Yang Tiada Taranya, Guru Para Dewa dan Manusia, Yang Sadar, Yang Patut Dimuliakan."
Jika kita terbiasa melakukan perenungan akan sifat-sifat mulia Buddha, kita sebenarnya menginternalisasikan berbagai sifat mulia Buddha ke dalam diri kita. Penginternalisasian ini tidak hanya ke dalam batin kita tetapi juga ke dalam jasmani kita. Dengan sering melakukannya, tidak hanya batin, jasmani kita juga akan lebih bersih, bahkan suci.
Perenungan akan kejijikan sebuah mayat
Perenungan akan kejijikan sesosok mayat termasuk satu cara terbaik dari cara-cara lainnya dalam melakukan pengendalian hawa nafsu, haus-damba, dan keterikatan atau kemelekatan. Oleh karenanya, jika di dalam diri kita mudah sekali timbul hawa nafsu, lalu kita menjadi tidak tenang atau gelisah, praktik perenungan akan kejijikan sebuah mayat harus lebih sering kita lakukan.
Cara perenungan akan kejijikan sebuah mayat dapat dilakukan secara bertahap. Mayat yang masih baru tentu bentuknya masih utuh, laiknya orang biasa yang sedang diam tertidur. Mayat tersebut pasti akan mulai membusuk karena peruraian jasmani mulai terjadi dengan berjalannnya waktu. Kemudian mayat tersebut akan mulai terlihat menjadi sesuatu yang menjijikkan. Penciuman pun akan diterpa dengan bau busuk dari mayat yang sudah dibiarkan sekian lama.
Jika kita rutin dan terbiasa mempraktikkan perenungan akan kejijikan sebuah mayat, kita akan mampu untuk lebih mengendalikan hawa nafsu kita. Hawa nafsu yang kurang atau bahkan tidak terkendali, dapat menyebabkan kita melakukan hal-hal buruk atau jahat. Dengan sering mempraktikkan perenungan ini, kita juga akan mampu mengurangi keterikatan atau kemelekatan, tidak hanya terhadap tubuh sendiri, tetapi juga tubuh orang lain. Keterikatan atau kemelekatan terhadap keduanya, akan bisa dikurangi bahkan dipotong secara bijaksana.