Sesampainya di rumah, saya langsung menelepon Ketua Yayasan kami, dan mengancam akan balik ke Medan kalau tidak diberi rujukan untuk berobat ke Malaka, karena penanganan yang tidak memuaskan dari klinik. Sambil menceritakan kronologis penyakit suami  dan bagaimana penanganan yang saya anggap terlalu meremehkan penyakit suami saya.
Perasaan apa yang timbul setelah itu? Ketakutan yang luar biasa.
Bagaimana kalau permintaan saya ditolak? Kami harus kembali ke Medan dengan menyandang status pengangguran dan menanggung segala biaya pengobatan suami.
Kalau permintaan dikabulkan, darimana saya akan mendapat uang untuk biaya perobatan suami saya di Malaka nantinya. Walaupun memakai jasa asuransi perusahaan, kami harus bayar terlebih dahulu kemudian diklaim setelah itu.
Tiket pesawat dan hal-hal yang tidak terduga lain yang pasti akan timbul setelah menjalaninya. Darah seperti tidak lagi mengalir ke kepala, kebas dan keringat dingin mulai terasa.
Saya merasa saya adalah orang paling egois di dunia. Karena emosi sesaat, suami saya akan ikut menderita. Saya sudah putus asa. Kenapa saya bisa mengambil keputusan yang nantinya tidak bisa saya pikul?
Yang bisa saya lakukan hanya satu. Berdoa memohon jalan keluar sebaik-baiknya, sembari terus berharapsemoga karma baik kami berbuah. Saya berlutut di depan altar tempat biasanya suami saya bermeditasi dan memohon dengan sepenuh hati dalam keputusasaan.
Biarlah penyakit suami saya ini berpindah ke saya saja. Sudah tiga bulan dia menderita, saatnya saya yang menanggung semuanya. Saya sudah bersalah. Tidak mampu merawat suami dengan baik. Dan segera akan membuat kami kehilangan pekerjaan. Saya siap menerima semuanya. Pasrah.....
Akhirnya kabar baik pun kami dapatkan. Besoknya saya ditelepon oleh pihak asuransi perusahaan untuk konfirmasi rujukan ke rumah sakit di Malaka. Saya sangat bersyukur, mungkin sekarang sudah saatnya karma baik kami berbuah, sehingga hati Ketua Yayasan tergerak untuk membuat rekomendasi, tidak ada yang tahu dan mengerti. Sungguh sebuah keajaiban.
Sudah selesaikah masalah kami? Uang ...darimana saya mendapat uang, saat itu kami belum banyak tabungan. Tapi saya jalani dulu. Saya mengurus paspor kilat. Dan menghubungi kakak ipar untuk mengabari bahwa kami sudah mendapat surat rujukan dari dokter untuk berobat ke Malaka. Dan sekali lagi, berita baik pun kami terima. kakak ipar bersedia membantu seluruh keperluan kami selama di Malaka. Beliau langsung mentransfer uang kepada kami.
Perasaan apa yang saya rasakan pada akhirnya? Bersyukur karena akhirnya segala masalah berhasil diatasi. Bersyukur suami kami sembuh dari hepatitisnya dengan perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Malaka, hanya perlu rawat inap selama 5 hari. Â Saya bahagia bisa melayani suami saya dengan tenang selama pemulihannya.