Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Moha? Coba Tanyakan Kepada Lobha dan Dosa

16 Oktober 2022   05:08 Diperbarui: 16 Oktober 2022   06:53 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi memang benar. Dosa, Lobha, dan Moha memang bisa didefenisikan secara berbeda. Tapi, mereka adalah tiga sekawan yang tak terpisahkan. Jika salah satu dipelihara, lainnya pun akan mengekor.

Mari kita mulai mengembangkan praktik meditasi Vipassana Bhavana. Menjalani hidup dengan selalu berkesadaran. Istilah kerennya Mindfulness.

Hingga pada akhirnya kita harus menyadari adanya anicca, alias prinsip ketidakkekalan. Tidak perlu menunggu sampai tua hingga perubahan terjadi. Setiap detik, hidup kita sudah melalui proses kelapukan.

Lalu kita menjadi sadar, mau dipaksa seperti apa, bukanlah Aku yang menentukan. Tidak semua berjalan sesuai dengan keinginanKu. Dan akhirnya siapakah Aku yang sebenarnya? Ia adalah Anatta, alias semuanya bukan tentang Aku.

Jika tetap dipaksa, datanglah penderitaan. Tidak bisa menerima kenyataan dan melawan kodrat. Makanya Dukkha itu ada. Ia adalah sejenis setan yang berasal dari keinginan yang tiada habisnya. Seperti kata londo, "I want more and more and more..."

Sampai di sini sudah paham? Jika belum, bodo amat! Yang menderita kan juga elu-elu!

Waduh! Tanpa sadar batinku baru saja ber-MOHA-ria, berdendang LOBHA, dan berdansa dengan DOSA. Ah, semoga saya senantiasa terbebas dari kilesa, kekotoran batin yang menjadi sarang dari Tiga Akar Kejahatan.

Demikian pula dengan semua yang membaca tulisan ini. Semoga kita semua hidup berbahagia.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata
Sadhu... Sadhu... Sadhu...

**

Disklaimer: Tulisan ini adalah opini pribadi penulis dan tidak merepresentasekan filsafat Budhhisme secara utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun