Jadi memang benar. Dosa, Lobha, dan Moha memang bisa didefenisikan secara berbeda. Tapi, mereka adalah tiga sekawan yang tak terpisahkan. Jika salah satu dipelihara, lainnya pun akan mengekor.
Mari kita mulai mengembangkan praktik meditasi Vipassana Bhavana. Menjalani hidup dengan selalu berkesadaran. Istilah kerennya Mindfulness.
Hingga pada akhirnya kita harus menyadari adanya anicca, alias prinsip ketidakkekalan. Tidak perlu menunggu sampai tua hingga perubahan terjadi. Setiap detik, hidup kita sudah melalui proses kelapukan.
Lalu kita menjadi sadar, mau dipaksa seperti apa, bukanlah Aku yang menentukan. Tidak semua berjalan sesuai dengan keinginanKu. Dan akhirnya siapakah Aku yang sebenarnya? Ia adalah Anatta, alias semuanya bukan tentang Aku.
Jika tetap dipaksa, datanglah penderitaan. Tidak bisa menerima kenyataan dan melawan kodrat. Makanya Dukkha itu ada. Ia adalah sejenis setan yang berasal dari keinginan yang tiada habisnya. Seperti kata londo, "I want more and more and more..."
Sampai di sini sudah paham? Jika belum, bodo amat! Yang menderita kan juga elu-elu!
Waduh! Tanpa sadar batinku baru saja ber-MOHA-ria, berdendang LOBHA, dan berdansa dengan DOSA. Ah, semoga saya senantiasa terbebas dari kilesa, kekotoran batin yang menjadi sarang dari Tiga Akar Kejahatan.
Demikian pula dengan semua yang membaca tulisan ini. Semoga kita semua hidup berbahagia.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata
Sadhu... Sadhu... Sadhu...
**
Disklaimer:Â Tulisan ini adalah opini pribadi penulis dan tidak merepresentasekan filsafat Budhhisme secara utuh.