Bayu adalah seorang pemuda yang hidup bergelimpangan harta. Dia memiliki kedua orang tua yang bekerja sebagai dokter perusahaan bonafid di Jakarta.
Ketika Bayu masih kanak-kanak, dia sudah merasakan mudahnya hidup ini secara material. Apapun yang dia inginkan, selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya.
Ketika ia memasuki usia remaja, kehidupannya pun masih dikelilingi oleh harta kekayaan.
Sewaktu lulus SMA, Bayu memilih untuk memasuki universitas ternama di kota Bandung. Di universitas tersebut, Bayu harus tinggal di asrama untuk mempermudah dirinya dalam hal studi.
Seperti biasa, uang sakunya tidak pernah menipis dalam bentuk saldo tabungan dan kartu debit.
Bayu sering kali belanja apa saja meskipun dia tidak membutuhkan semua itu. Dia juga senantiasa pergi bersama kawan-kawan untuk berfoya-foya.
Tetapi sejak beberapa tahun dia kuliah, ternyata orang tuanya telah cerai tanpa sepengetahuan dirinya.
Setelah kejadian tersebut, Bayu menjadi sedih dan uang sakunya menjadi menipis.
Dia tidak dapat merasakan kebahagiaan seperti dahulu kala.
Saat itu Bayu memiliki jaket kesayangan yang selalu menemani dia pergi kemanapun dia pergi. Jaket itu adalah jaket yang sangat mahal sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke duapuluh.
Hingga suatu hari dia merasa harus bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliah dan kebutuhan hidup seperti makan dan asrama.
Bayu akhirnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan antar barang. Dia harus bekerja keras mengantar barang pesanan para pelanggan.
Bayu sebenarnya sangat risih dan tidak puas dengan hidupnya saat itu. Dia merasa rendah, kurang percaya diri karena pekerjaan itu.
Tak lupa kemanapun dia pergi mengantar barang, jaket itu selalu dipakai karena cuaca dingin di Bandung.
Suatu kali tanpa sengaja jaketnya robek karena tersangkut oleh papan yang patah.
Bayu merasa sedih atas jaket kesayangan itu.
Robekan jaket itu ternyata semakin lama semakin lebar hingga dia memutuskan untuk menjahit dengan tambalan.
Ketika jaket itu sudah tertambal, Bayu merasa sangat jengkel dan kesal. Dia selalu memakai pakaian yang rapi, baru dan mahal, dan sekarang harus memakai jaket tambalan dan pasti akan ditertawakan orang-orang.
Tetapi karena dia berpikir untuk menghemat pengeluaran, maka Bayu terpaksa tetap memakai jaket itu terlebih begitu dinginnya kota Bandung.
Namun saat dia sudah terbiasa dengan jaket tambalan, dia sering merenung bahwa penampilan luar sebenarnya tidak penting.
Bayu juga berpikir agar selalu hidup dengan puas atas apa yang dimiliki sekarang ini. Dan pasti akan berjuang untuk memperoleh apa yang dicita-citakan.
Bayu belajar untuk rendah hati bukan rendah diri. Setiap kondisi bisa berubah, kekayaan bisa menipis dan keadaan tidak akan selalu sulit.
Setelah menempuh hidup kuliah sambil bekerja beberapa tahun, Bayu sudah menjadi orang yang ulet, selalu bersyukur dan berterima kasih. Penuh percaya diri, mandiri dan hidup secara seimbang dalam hal pemasukan dan pengeluaran uang.
**
California, 14 Oktober 2022
Penulis: Willi Andy, Kompasianer Mettasik
Hidup Penuh Cinta dan Kasih Sayang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H