Hingga suatu hari dia merasa harus bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliah dan kebutuhan hidup seperti makan dan asrama.
Bayu akhirnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan antar barang. Dia harus bekerja keras mengantar barang pesanan para pelanggan.
Bayu sebenarnya sangat risih dan tidak puas dengan hidupnya saat itu. Dia merasa rendah, kurang percaya diri karena pekerjaan itu.
Tak lupa kemanapun dia pergi mengantar barang, jaket itu selalu dipakai karena cuaca dingin di Bandung.
Suatu kali tanpa sengaja jaketnya robek karena tersangkut oleh papan yang patah.
Bayu merasa sedih atas jaket kesayangan itu.
Robekan jaket itu ternyata semakin lama semakin lebar hingga dia memutuskan untuk menjahit dengan tambalan.
Ketika jaket itu sudah tertambal, Bayu merasa sangat jengkel dan kesal. Dia selalu memakai pakaian yang rapi, baru dan mahal, dan sekarang harus memakai jaket tambalan dan pasti akan ditertawakan orang-orang.
Tetapi karena dia berpikir untuk menghemat pengeluaran, maka Bayu terpaksa tetap memakai jaket itu terlebih begitu dinginnya kota Bandung.
Namun saat dia sudah terbiasa dengan jaket tambalan, dia sering merenung bahwa penampilan luar sebenarnya tidak penting.
Bayu juga berpikir agar selalu hidup dengan puas atas apa yang dimiliki sekarang ini. Dan pasti akan berjuang untuk memperoleh apa yang dicita-citakan.