Mami: "Menurut Ade kebahagiaan itu apa sih?"
Ade: "Ketika Ade mendapatkan uang."
Mami: "Kalau dengan mendapatkan uang, bisa bahagia. Kesimpulan semua orang kaya itu bahagia, tetapi mengapa masih sering kita jumpai orang kaya yang stres?"
Ade: "Hmmm... Ade ubah jawaban. Ade bahagia kalau bisa menghabiskan waktu dengan keluarga."
Mami: "Bagaimana kalau keluarga ada yang meninggal? Apakah masih bisa bahagia?"
Ade : "Itu beda mi! Sekarang kita bahas kebahagiaan, bukan kematian. Lagian saat ada yang meninggal, Ade tidak akan menyesal sebab telah menghabiskan banyak waktu dengan keluarga."
Mami: "Benar juga. Kalau begitu apakah perbedaan antara kebahagiaan dengan kesenangan?"
Ade: "Menurut ceramah salah satu Bhante, kesenangan itu sumbernya dari luar, misalnya saat Ade mendapat handphone baru. Awal-awal mendapat handphone, Ade akan senang sekali. Tapi seiring berjalannya waktu handphone baru berubah jadi handphone lama dan rasa senang Ade sudah pudar, tidak seperti awal-awal mendapatkannya. Kesimpulannya kesenangan itu objeknya dari luar dan sesaat saja."
Mami: "Wow! Terus apa bedanya dengan kebahagiaan?"
Ade: "Bahagia itu objeknya dari dalam diri. Seperti Ade suka menghabiskan waktu bersama keluarga. Setelah lewat waktu lama, bila Ade kenang, rasa itu tetap ada. Meski seiring berjalannya waktu, Mami pun berubah jadi nenek-nenek, tapi Ade masih sayang, tidak ada niat buat menganti mami."
Mami: "Hush! Masa mau ganti mami!"
Ade: "Itu dia! Ade tidak mau mengganti Mami, seperti Ade ingin mengganti handphone! Sama-sama disayang, tapi kalau senang, rasa itu berubah. Sementara bahagia itu selamanya. Ade bahagia menjadi anak Mami."
Mami: "So sweet! Lantas apakah kita bisa bahagia selamanya?"Â
Ade: "Seperti yang Mami ajarkan, Bahagia tidak tergantung pada kejadian di dalam hidup kita tetapi tergantung sama pemikiran kita. Semua tergantung pada sudut pandang kita. Itu kan yang sering Mami ajarkan!"
Mami: "Salut ! Ternyata Ade masih ingat kata-kata mami!"
Ade: "Ingatlah Mi! Ade bahkan masih ingat pertanyaan Ade saat itu. Bagaimana Ade bisa bahagia saat kakak mengambil makanan kesukaan Ade? Terus Mami jawab, 'Ubahlah sudut pandang! Bagaimana kalau Ade berpikir dengan makanan diambil kakak berarti lemak yang tadinya akan menumpuk di badan Ade, sekarang berpindah ke kakak."
Mami: "Mantap! Sekarang ada pertanyaan lanjutan, 'Bagaimana caranya Ade bisa mengubah dan mempertahankan sudut pandang yang baik?"
Ade: "Seperti kata Mami, semua berawal dari pikiran. Oleh sebab itu, harus melatih pikiran ini, caranya dengan Meditasi!"
Mami: "Wow! Kalau tahu dengan bermeditasi, Ade bisa melatih pikiran. Lantas mengapa Ade tidak bermeditasi?"
Ade: "Tidak Mi! Ade malas! Tiap bermeditasi Ade ngantuk dan pegal. Hehehe."
Mami: "Itulah rintangan batin dalam bermeditasi De! Saat rintangan tersebut muncul, kita harus melatih kesadaran supaya tidak mengikutinya. Kalau kita senantiasa mengikutinya, kapan majunya?"
"Meditasi itu banyak manfaatnya De! Bukan hanya untuk menenangkan pikiran (samatha) tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan (vipassana). Keduanya adalah kualitas batin, tidak peduli apapun objek yg sedang diamati. Karena pengamatan selalu aktif dan ada dalam keadaan sadar, baik itu diintensikan untuk mengamati sebuah hal atau dibiarkan mengalir."
"Kualitas batin ini bisa di gunakan untuk mengamati hal-hal yang bermanfaat maupun hal-hal yang tidak bermanfaat, yang baik atau pun yang buruk. Contoh: Â Saat menggunakan komputer, informasi yg telah dipahami tentang komputer mau di pakai untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, atau informasi tersebut mau digunakan untuk sekedar menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak bermanfaat? Jadi kedua hal ini sebenernya fenomena biasa yang kita alami setiap hari, setiap saat, dan tidak dapat di pisahkan.'
"Satu aspek yang sangat penting dan menjadi dasar daripada meditasi ini adalah, mengapa saya memilih untuk mengamati sesuatu? Â Mengapa saya memilih melakukan sesuatu ini yang sedang di lakukan / akan saya lakukan? (Cetana)".
"Dengan adanya penyadaran akan intensi dalam melakukan sesuatu, otomatis prilaku kita lebih terkontrol, yang negatif terbebas dari pikiran kita, sehingga memudahkan kita buat mencapai kebahagiaan."
"Dengan memahami dan menyadari jika sesuatu itu penderitaan, memahami mengapa dan apa penyebabnya, dan melepaskan penyebab penderitaan tersebut itulah kebahagiaan. "
Apakah Ade mengerti?
Ade: "Zzzzzzzz"
**
Jakarta, 10 Oktober 2022
Penulis: Lisa Tunas, Kompasianer Mettasik
A Loving Mom Who Learns Writing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H