Dalam khotbahnya di kegiatan "Retret Meditasi Salayay Daw Dipankara" di Malino Meditation Village (Madiva), Malino, Tinggimoncong, Sulawesi Selatan yang digagas Abdi Dhamma pada Selasa 30 Agustus hingga 4 September 2022, guru spiritual dan praktisi meditasi sohor asal Myanmar Sayalay Daw Dipankara memaparkan banyak hal terkait meditasi, termasuk tantangan-tantangan yang dihadapi para yogi.
Kesemua tantangan yang lazim dihadapi yogi, menurut 'Sayalay', demikian ia disapa mengacu terhadap aral yang mereduksi perkembangan mental dan spiritual.
"Yang paling sering dihadapi para yogi, yang paling sering kita lihat adalah rasa kantuk yang tak tertahankan," beber Sayalay Daw Dipankara dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh salah seorang panitia retret.
Namun, ungkapnya, hal itu hanyalah awal rintangan yang kasatmata dilihat. Banyak hal lainnya seperti kilesa yang masih melekat dalam batin yogi pemula.
"Semua itu mengotori batin, menarik pikiran ke sana kemari sehingga tidak ada konsentrasi pada objek. Padahal, meditasi itu mudah. Kita hanya perlu fokus pada pernapasan dalam objek meditasi 'anapanasati' ini," imbuh Sayalay Daw Dipankara.
Anapanasati yang dimaksudnya berasal dari bahasa Pali, secara harfiah bisa diartikan sebagai suatu bentuk kesadaran terhadap pernapasan. Lebih mendetailnya, 'sati' dapat diartikan sebagai perhatian sementara 'anapana' berteguh terhadap masuk maupun keluarnya napas seseorang.
"Saat yogi melatih meditasi anapanasati ini diperlukan sikap batin yang solid berupa pikiran tenang. Sati atau perhatian penuh merupakan faktor mental yang bertugas dalam memperhatikan atau mengamati napas," jelas Sayalay Daw Dipankara.
Ia menambahkan, hal itu berarti yogi bukan menggenggam napas. Pasalnya, bila energi yang dikeluarkan untuk fokus pada napas terlalu berlebihan jadinya bakal menimbulkan ketegangan.