Matahari seakan sedang mengeluarkan jurus utamanya hari ini. Segelas penuh es teh tawar yang kupegang ini seperti tidak ada airnya. Baru kuteguk, sedetik kemudian bisa kurasakan es batu menyentuh bibir. Sambil beringsut malas dari sofa ruang tamu, aku mengambil es krim coklat dari kulkas. Tidak sabar kubuka plastiknya, kulahap dan mengunyahnya cepat. Dinginnya es krim yang melewati kerongkongan terasa sangat nikmat.
Aku kembali ke sofa, sambil memegang es krim di tangan kiri, kuletakkan sofa di pangkuan dan mulai berselancar di dunia maya. Aku mendesah dalam hati, lama-lama bosan juga. Sabtu siang ini sama seperti banyak Sabtu sebelumnya. Untuk aku yang masih sendiri di usia 32 tahun, Sabtu Minggu menjadi hal yang kurang menarik. Kalau kamu tanya, "Bagaimana rasanya masih single?" Tergantung. Kalau hatiku netral kujawab sendiri itu seru, kalau hatiku loyo kujawab sendiri itu sendu.
Aku tidak pernah memaksa diriku untuk menikah di usia muda, tetapi waktu tidak mau kompromi rasanya. Sepuluh tahun sudah berlalu sejak kelulusanku. Meskipun sudah lulus lama, aku beruntung masih akrab dengan Geng Ambyar, lingkup pertemananku sejak kuliah dulu. Geng Ambyar berjumlah tujuh orang, mayoritas sudah berkeluarga. Empat diantaranya masing-masing memiliki anak usia balita. Dua lagi sedang mengandung, masing-masing anak kedua dan anak ketiga. Sisa satu yang masih seru (sendu) sendiri, yaitu aku, Zoya Zendana.
Kami memang masih dekat seperti jaman kuliah, namun selayaknya fase kehidupan yang berubah, aktivitas kami juga berubah. Saat ini, aku tidak bisa sekonyong-konyong mengajak mereka pergi. Dua jam pergi tanpa anak untuk mereka adalah hal yang spesial, yang tidak mungkin bisa dilakukan tanpa rencana dan strategi. Strategi pergi saat jam anak tidur, strategi menitipkan anak di rumah orang tua / mertua, strategi membawa pompa asi saat pergi, dan banyak strategi yang harus disiapkan.
Suatu hari, aku pergi brunch dengan Tia, kesempatan langka, mumpung dia punya waktu 1,5 jam katanya. Anaknya sedang tidur, suaminya di rumah bisa bantu menjaga, dia punya 1,5 jam berharga untuk makan chocolate milkshake dan tuna sandwich favoritnya di Toby Estate. "Tanpa strategi, hidup seorang ibu ambyar, Zoya" ujar Tia terkekeh sambil sibuk membereskan pompa asi yang usai dia gunakan.
Temanku di Geng Ambyar sedang menikmati fase baru mereka. Melihat keseruan dan dinamika kehidupan mereka, membuatku berpikir, apa yang ingin kucari dalam hidup. Apakah hidup memang seperti kaset yang diputar untuk seorang single? Orang bijak berkata, kamu bisa menggunakan hidup sebagai waktu yang berharga, bermanfaat bagi orang lain.
Bermanfaat? Kok terkesan berat ya, hatiku langsung menolak. Aku bukan Mother Theresa yang hatinya seperti malaikat, bukan pula Najwa Sihab yang pandai bicara. Bukan business woman dengan pencapaian Forbes Under 30, bukan pula pendiri perusahaan start-up. Aku pekerja kantor biasa saja. Bahkan di titik ini, aku jadi iri dengan Farel Prayoga. Bayangkan di usia 12 tahun, dia tahu kalau dia suka menyanyi. Keluwesannya saat melantunkan dangdut koplo membuat banyak orang melongo. Aku yakin, kamupun pasti bergoyang saat menonton Farel berdendang.
Usai membuang stik dari es krim yang habis aku makan, iseng aku ketik namaku di mesin telusur web. Namaku yang memang unik membuat hasil pencarian langsung memunculkan akun media sosial milikku. Instagram, Facebook, Tiktok dan juga blog! Wah, akupun lupa rajin menulis di blog saat kuliah. Aku klik tautan tersebut dan layar laptop menampilkan laman berisikan tulisanku sejak dulu. Mataku langsung tertarik ke satu judul, kulihat tanggal tulisannya, 9 April 2010. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
You're a STAR by Zoya Zendana
9 April 2010
Siang ini saya menonton Idola Cilik di televisi, sebuah ajang menyanyi untuk anak-anak. Di episode kali ini, ada satu segmen yang beda. Dikisahkan ada satu orang yang cacat secara fisik karena terkena radang otak saat bayi. Namanya Mia dan dia senang banget nonton Idola Cilik karena ngefans dengan Okky Lukman sebagai MC.
Mia nonton Idola Cilik sampai sekarang. Setiap kali Okky Lukman yg ngomong di TV, volume di TV langsung dikencengin, kalo yg nyanyi penyanyi ciliknya malah dikecilin volumenya.
Yang sangat membuat terharu, Mia seakan-akan mendapat semangat hidup baru karena menonton Okky di Idola Cilik. Sedari kecil Mia divonis tidak dapat bicara, baca dan tulis oleh dokter. Namun ternyata setelah nonton Okky, dia terpacu untuk belajar, untuk mau berubah. Sekarang Mia bisa baca, bisa ngomong, malah Mia hafal perkalian! Mia juga jadi rutin nulis surat buat Okky, sekitar 25 buah surat yang sudah ia tulis.
Menurut dokter, Mia harus sering makan havermut. Namun Mia gak doyan dan SELALU muntah setiap kali makan. Akhirnya suatu kali ibunya Mia membeli havermut, dan bilang ke Mia kalo havermutnya itu dari Okky. And guess what? Mia mao makan dan gak muntah sama sekali!!
Pertemuan Mia dan Okky di acara Idola cilik Sabtu siang tadi memang mengharukan. Karena saya juga mudah terharu saya jadi ikut menangis haha. Dan yang lebih menyenangkan lagi, melihat Okky yang kayanya seneng banget bisa membahagiakan Mia, selain di sisi lain Okky juga mungkin ga nyangka karena dia bisa memberikan perubahan sebegitu besar untuk Mia. Okky gak nyangka kalau menjadi MC acara lomba menyanyi, ternyata menjadi jalan untuk dia berbuat kebaikan yang besar.
Dari kejadian yang dialamin Okky membuat saya tersadar, "Gila yah, kita tuh ga pernah tau seberapa besar arti kita bagi orang lain". Okky sebagai MC mungkin ga akan berpikir bahwa dia bisa memberikan semangat begitu besar buat Mia. Bikin Mia mau untuk belajar, bikin Mia mau untuk tersenyum lagi, bikin Mia semangat hidup meskipun kondisinya fisiknya kurang.
Aku tertegun usai membaca, pertanyaanku dijawab. Menjadi bermanfaat bukan hanya tentang berbuat hal besar. Aktivitas rutin yang kita lakukan sehari-hari, mungkin kita rasa biasa saja. Tetapi mungkin, luar biasa bagi orang lain.
Aku membaca kalimat akhir dari tulisanku di blog lamaku ini. Â Tersenyum, kuucapkan kembali kalimat Zoya 12 tahun yang lalu,
"Jangan pernah remehkan perbuatan kita. Karena kita -saya dan kamu- ga tau kalau mungkin saja diam-diam kita telah menjadi bintang bagi orang lain."
**
Jakarta, 11 September 2022
Penulis: Jess Vandana, Kompasianer Mettasik
Accountant who Loves Writing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H