"Terima kasih, Pak," jawabnya lirih. Dia menunduk sejenak lalu kembali menatapku. "Maaf, Bapak dan ade enggak disuguhin air."
Aku tersenyum sambil menepuk bahunya pelan. Tak lama, aku dan Rara pamit dan berkali-kali mereka mengucapkan terima kasih.
"Ra, apa yang Rara rasa waktu melihat kakek tadi makan nasi yang Rara kasih?" tanyaku ketika kami berdua sudah sampai di rumah.
"Rara senang, Yah. Kasian, kakek tadi pasti kelaparan. Untung Ayah lebihin beli nasi uduknya."
"Sebenernya, uang ayah enggak berlebihan, Ra. Tapi, memberi itu enggak harus nunggu kita jadi orang kaya dulu. Memberi itu masalah hati. Dengan memberi secara tulus seperti yang tadi kita lakuin, yang menerima senang, hati kita juga senang."
"Iya, Yah. Kakak yang tadi sampai mau nangis ya, Yah. Senang lihat kakeknya udah sarapan."
Aku mengangguk dan ada rasa hangat mengalir di hati.
**
Jakarta, 09 September 2022
Penulis: Metta Pratiwi, Kompasianer Mettasik
Psikolog | Praktisi Pendidikan | Penulis