Sekadar diketahui, noble silent secara harfiah berarti "berdiam diri yang mulia" atau "berdiam diri yang sejati". Artinya, para peserta meditasi diharuskan diam dalam keheningan yang benar-benar hening.
"Yogi harus melaksanakan 'berdiam diri yang mulia' selama latihan hingga selesai, di manapun termasuk dalam kamar tidur dan kamar mandi," demikian disampaikan James dalam sesi penyampaian tatib kegiatan, sebagaimana isi bunyi pesan tertulis di grup WA peserta retret.
Noble silence, imbuh James, artinya mendiamkan jasmani atau raga dalam keheningan meditasi.
"Ini berarti tidak ada bentuk komunikasi dengan Yogi lain seperti mengggerakkan tangan sebagai bahasa isyarat, menulis dan sebagainya, ucapan (yang berarti tidak mengobrol satu sama lain) bahkan melalui pikiran. Bentuk komunikasi apapun dengan sesama yogi harus dihindari," pesannya.
Adapun dalam kegiatan, Salayay Daw Dipankara banyak menyampaikan manfaat meditasi, yang bukan saja merupakan salah satu upaya untuk pencapaian kesucian namun juga upaya mengikis kekotoran batin.
Tak hanya itu, ia menjabarkan teknik-teknik meditasi kepada para yogi guna mencapai jhana atau tingkat kesucian dalam Buddhisme.
Pertumbuhan Mental Menuju Jhana
Secara umum, kebanyakan tradisi Buddhis mengakui jalan menuju "pencerahan" memerlukan tiga jenis pelatihan. Ketiga pelatihan tersebut di antaranya "sila" atau kebajikan, "samadhi" atau meditasi, dan "panna" atau kebijaksanaan.
Lantaran hal itulah ketiga jenis pelatihan ini harus dilaksanakan serempak. Pelatihan atau praktik-praktik kebajikan tersebut ini nantinya mampu menjadi "bahan bakar" seseorang untuk mecapai kesucian.
Hal itu diungkapkan Salayay Daw Dipankara dalam salah satu khotbahnya pada kegiatan retret di Madiva tersebut. Ia dengan tegas menekankan pentingnya pertumbuhan mental para yogi.