Akhirnya aku sadar setelah aku setiap tiga minggu sekali harus menemani suami perawatan ke Guang Zhou. Aku melihat kehidupan orang tua disana sangat bahagia. Â
Sore hari suasana taman sudah ramai dipenuhi olah para lansia dan anak-anak. Ada yang mengunakan kursi roda, ada yang hanya berjalan-jalan santai sambil bercengkrama.
Di sisi lain aku melihat kelompok lansia bercengkrama sambil bermain mahyong. Â Aku perhatikan, betapa bahagianya mereka. Berkumpul dengan sesama lansia, bahkan di kursi roda pun mereka tetap ceria.Â
Aku mengerti mengapa Papa mertua merasa sepi di hari tua. Beliau pasti merindukan momen seperti itu, karena sangat jarang di Jakarta ada perkumpulan para lansia di lapangan terbuka.Â
Yang ada hanya anak-anak kecil berlarian di taman. Kalaupun ada satu atau dua lansia yang duduk di kursi roda, ia hanya melamun sendiri, sementara perawatnya yang terlihat senang bercengkrama dengan yang lain.
Diriku
Demikianlah kehidupan masa tua yang ada disekitarku. Apakah aku sudah siap? Apakah aku dapat memilih kehidupan seperti apa yang aku inginkan nanti?
Jujur sampai saat ini aku belum menemukan jawabannya. Apakah ada jawaban dari para sahabat? Fokusku hanya menjalankan kehidupan saat ini, perbanyak berbagi, meditasi, melakukan kegiatan yang menyenangkan, serta menjaga pertemanan yang sudah ada dengan sebaik-baiknya untuk bekal nanti.
Berbahagialah para sahabat yang masih diberikan kesempatan bisa merawat dan menemani Orang Tua. Semoga semua mahluk berbahagia. Â Â
**
Jakarta, 29 Agustus 2022
Penulis: Tjio Jolanda Santoso, Kompasianer Mettasik
Alumni IPB | Pensiunan Perusahaan Swasta | Sekarang Ibu Rumah Tangga