Setiap orang akan berusaha memiliki pencapaian kehidupan yang baik, dan lebih baik. Kita mengukur kehidupan yang lebih baik itu dari kemajuan materi yang kita peroleh. Semakin seseorang sukses dalam pekerjaan, ia mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Sukses memiliki rumah, sukses memiliki kendaraan bermotor, sukses memiliki banyak investasi; ia akan merasakan kebahagiaan yang meningkat dari waktu ke waktu.
Memang memiliki kekayaan itu menyenangkan. Saat kita membutuhkan sesuatu, kita bisa membelinya dan mendapatkannya. Kehidupan menjadi lebih mudah dijalani. Tapi, keinginan untuk memiliki materi ini seringkali tidak ada batasnya.
Setelah satu keinginan kita tercapai, akan muncul keinginan baru yang lebih tinggi. Kita akan mengejar keinginan yang baru tersebut. Begitu seterusnya.
Kalau dulu kita makan nasi dengan lauk sayur, sedikit potongan ayam dan sambal, kita sudah merasa cukup. Namun, kelak kita ingin makan dengan tambahan daging, udang atau cumi. Kelak kita ingin makan di rumah makan sederhana yang terjangkau harganya.
Setelah itu, kelak kita ingin makan di restoran yang lebih berkelas. Kemudian, kita tidak puas lagi dengan makan di restoran. Kita ingin mencoba makan di hotel. Apalagi kalau bisa unduh foto makanan mahal ke media sosial. Semua itu tentu saja akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan pada diri kita.
Kita merasa kehidupan kita ini ada kemajuan. Saya bekerja, ada hasilnya. Saya terus mengalami peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan. Ini sungguh membahagiakan.
Namun, tanpa disadari, kita terus meningkatkan target kepuasan kita. Kalau dulu kita sudah puas dengan makan enak di rumah, masakan ibu, sekarang kita sudah merasa itu hal biasa, yang tidak membahagiakan lagi. Kita baru puas kalau sudah makan di restoran ternama.
Dulu saat baru mulai kerja, kita senang kalau berangkat kerja dengan naik bus. Tidak kehujanan, tidak terjemur matahari, bisa tiba di kantor dengan cepat karena tidak harus berjalan kaki yang sangat jauh.
Setelah punya pencapaian, kita tidak lagi memiliki kepuasan dengan naik bus. Kita bercita-cita membeli sepeda motor, dan kita akan menabung untuk itu. Kemudian kita membeli sepeda motor. Kebahagiaan kita berubah, dari naik bus menjadi kebahagiaan dengan sepeda motor. Saya bisa lebih cepat tiba di kantor, lebih menghemat waktu. Saya bisa pergi kemanapun dengan sepeda motor ini.
Tetapi, berapa lama kebahagiaan kita dengan sepeda motor ini? Kelak kita akan bercita-cita membeli sebuah mobil. Mobil kecil dan murah, tidak apa-apa. Yang penting, punya mobil; supaya tidak khawatir lagi kalau kehujanan di perjalanan, ber-AC, sejuk dan nyaman.
Kita akan berusaha membeli mobil sederhana tersebut. Setelah berhasil membeli mobil ini, apakah keinginan kita akan berhenti di sini? Tentu saja tidak.
Memang memiliki target untuk mencapai yang lebih, itu akan memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Wajar kalau kita kemudian menikmati hasil jerih payah kita. Namun, dalam perjalanan kehidupan, tidak semua keinginan kita akan tercapai. Keinginan yang tidak tercapai itu, akan menimbulkan kekecewaan dan kesedihan.
Saat kita ingin membeli mobil, kita menabung dengan rajin, setiap bulan penghasilan disisihkan. Tapi dalam kondisi pandemi, misalnya, kita kehilangan pekerjaan. Sumber penghasilan terhenti. Kita tidak bisa menabung.
Timbullah rasa kecewa, sedih karena tidak bisa meneruskan tabungan. Kita mungkin akan menggerutu, menyalahkan perusahaan, menyalahkan kondisi perekonomian, lalu menjadi emosional, dan sebagainya.
Atau kalau ternyata kita sakit dan butuh biaya banyak untuk berobat, tabungan untuk membeli kendaraan terpaksa terpakai. Kita pun akan kecewa karena kegagalan ini.
Kita boleh memiliki keinginan untuk mencapai hidup yang lebih baik dalam hal materi. Tetapi kita juga perlu waspada, apakah keinginan kita ini wajar atau tidak? Apakah ini benar-benar saya butuh atau hanya ingin? Apakah saya siap kalau keinginan ini tidak tercapai?
Kita bisa menciptakan kebahagiaan dalam diri kita, dengan membangkitkan rasa puas atas apa yang sudah dicapai. Kita bersyukur telah memiliki sepeda motor. Sepeda motor ini memudahkan kehidupan saya.
Kalau timbul keinginan untuk memiliki mobil, cobalah analisa, apakah kondisi saya saat ini benar-benar mampu mewujudkannya? Apakah penghasilan saya sudah memungkinkan untuk membeli/mencicil mobil? Kalau memungkinkan, kita bisa membuat perencanaan.
Saat membuat perencanaan, tumbuhkan pula pengertian, kalau tabungan saya tidak mencukupi, saya siap untuk tidak membeli mobil. Saya akan tetap puas dengan sepeda motor saya. Dengan demikian, kita tidak akan kecewa jika musibah atau kendala datang dan kita tidak bisa memenuhi cita-cita tersebut.
Puas dengan apa yang sudah dimiliki, akan membahagiakan kita. Kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan pencapaian orang lain. Kita hidup dengan pencapaian kita. Asalkan kita giat berusaha, kehidupan kita akan menjadi lebih baik, dari waktu ke waktu.
Mari kita bangkitkan kebahagiaan dalam diri kita, setiap waktu. Kita bisa membangkitkan kebahagiaan itu melalui pikiran. Cobalah kita berpikir:
"Saya bersyukur, hari ini bisa makan ini."
"Saya senang sudah memiliki sepeda motor, yang membuat saya bisa lebih cepat mencapai tujuan."
"Saya senang memiliki Ibu, yang memberikan kasih sayang sejak saya masih kecil."
"Saya senang tinggal di rumah ini. Walaupun kecil, tapi melindungi saya dari panas dan hujan."
Dengan memiliki pikiran-pikiran positif seperti ini, hidup kita menjadi bahagia.
Memang tidak memudah untuk membangkitkan pikiran positif di setiap waktu. Banyak kondisi yang membuat kita berpikir untuk mengejar keinginan. Banyak pula kondisi yang membuat kita menyesali pencapaian kita.
Namun, kalau kita berusaha untuk menyadari kondisi yang kita alami, dan mau bersyukur atas apa yang sudah kita capai, kerisauan akan padam dan muncullah kebahagiaan.
**
Jakarta, 28 Agustus 2022
Penulis: Silakumaro Tonny Coason, Kompasianer Mettasik
Jadikan Hidup Lebih Bermakna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H