Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tetap Bahagia, Apapun Pencapaian Kita

28 Agustus 2022   07:34 Diperbarui: 28 Agustus 2022   07:36 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetap Bahagia, Apapun Pencapaian Kita (gambar: ideas.ted.com, diolah pribadi)

Tetapi, berapa lama kebahagiaan kita dengan sepeda motor ini? Kelak kita akan bercita-cita membeli sebuah mobil. Mobil kecil dan murah, tidak apa-apa. Yang penting, punya mobil; supaya tidak khawatir lagi kalau kehujanan di perjalanan, ber-AC, sejuk dan nyaman.

Kita akan berusaha membeli mobil sederhana tersebut. Setelah berhasil membeli mobil ini, apakah keinginan kita akan berhenti di sini? Tentu saja tidak.

Memang memiliki target untuk mencapai yang lebih, itu akan memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Wajar kalau kita kemudian menikmati hasil jerih payah kita. Namun, dalam perjalanan kehidupan, tidak semua keinginan kita akan tercapai. Keinginan yang tidak tercapai itu, akan menimbulkan kekecewaan dan kesedihan.

Saat kita ingin membeli mobil, kita menabung dengan rajin, setiap bulan penghasilan disisihkan. Tapi dalam kondisi pandemi, misalnya, kita kehilangan pekerjaan. Sumber penghasilan terhenti. Kita tidak bisa menabung.

Timbullah rasa kecewa, sedih karena tidak bisa meneruskan tabungan. Kita mungkin akan menggerutu, menyalahkan perusahaan, menyalahkan kondisi perekonomian, lalu menjadi emosional, dan sebagainya.

Atau kalau ternyata kita sakit dan butuh biaya banyak untuk berobat, tabungan untuk membeli kendaraan terpaksa terpakai. Kita pun akan kecewa karena kegagalan ini.

Kita boleh memiliki keinginan untuk mencapai hidup yang lebih baik dalam hal materi. Tetapi kita juga perlu waspada, apakah keinginan kita ini wajar atau tidak? Apakah ini benar-benar saya butuh atau hanya ingin? Apakah saya siap kalau keinginan ini tidak tercapai?

Kita bisa menciptakan kebahagiaan dalam diri kita, dengan membangkitkan rasa puas atas apa yang sudah dicapai. Kita bersyukur telah memiliki sepeda motor. Sepeda motor ini memudahkan kehidupan saya.

Kalau timbul keinginan untuk memiliki mobil, cobalah analisa, apakah kondisi saya saat ini benar-benar mampu mewujudkannya? Apakah penghasilan saya sudah memungkinkan untuk membeli/mencicil mobil? Kalau memungkinkan, kita bisa membuat perencanaan.

Saat membuat perencanaan, tumbuhkan pula pengertian, kalau tabungan saya tidak mencukupi, saya siap untuk tidak membeli mobil. Saya akan tetap puas dengan sepeda motor saya. Dengan demikian, kita tidak akan kecewa jika musibah atau kendala datang dan kita tidak bisa memenuhi cita-cita tersebut.

Puas dengan apa yang sudah dimiliki, akan membahagiakan kita. Kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan pencapaian orang lain. Kita hidup dengan pencapaian kita. Asalkan kita giat berusaha, kehidupan kita akan menjadi lebih baik, dari waktu ke waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun