Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semoga Kita Mampu untuk Tidak Menyalahkan Tuhan

26 Agustus 2022   04:48 Diperbarui: 26 Agustus 2022   19:19 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semoga Kita Mampu untuk Tidak Menyalahkan Tuhan (gambar: therebelution.com, diolah pribadi)

Mari kita simak lagi cerita ilustrasi berikut ini.

Tara memiliki seorang istri yang baik, Hana namanya. Hana adalah seorang istri yang setia, rajin, dan telaten merawat suaminya. Selain sebagai ibu tangga, Hana juga bekerja, sehingga dia tidak pernah meminta uang kepada suaminya. Hana adalah seorang istri yang sangat mandiri. Bertanggung jawab terhadap keluarga dan pekerjaannya.

Namun Tara sepertinya kurang memberi perhatian kepada istrinya.  Ketika istrinya sakit, justru Tara marah dan merasa terganggu. Istrinya harus mengurus diri sendiri. Kadang-kadang perlakuan suaminya menunjukkan bahwa dia merasa istrinya hanya mencari perhatian saja, pura-pura sakit. Istrinya dibiarkan sendirian ketika sedang opname di rumah sakit.

Banyak hal yang menyakitkan yang dilakukan Tara terhadap Hana. Hana berusaha keras mempertahankan rumah tangganya dengan bersikap sabar dan berusaha memikirkan hal-hal positif tentang suaminya. Padahal Hana sangat sedih, sakit dan sering menangis pada saat dia sendirian.

Suatu hari, ketahuan bahwa suami Hana ternyata berselingkuh dengan mantan pacarnya, yang sepengetahuan Hana, mereka sudah tidak ada hubungan lagi. Hana salah, ternyata diam-diam Tara masih berhubungan dengan mantan pacarnya itu.

Dunia Hana seperti sudah hancur, harapannya tentang masa depan sirna seketika. Sakit hati yang luar biasa mendalam membuat dia serasa ingin mati saja.

Ketulusan dibayar dengan pengkhianatan
Kesetiaan dibayar dengan perselingkuhan
Kepercayaan dibayar dengan kebohongan

Tara meminta maaf, berjanji akan berubah dan benar-benar melepaskan selingkuhannya.

Seharusnya Hana merasa bahagia karena Tara berubah dari cuek menjadi suami yang perhatian, mengalah dan berusaha memenuhi keinginan Hana.

Tetapi apa yang terjadi dengan Hana? Seolah-olah Hana sudah berubah menjadi pribadi yang lain. Emosinya tidak stabil, tidak sanggup mengendalikan amarahnya, dan sering melukai fisik sendiri untuk mengurangi sakit yang sangat menyiksa batinnya. Dia jadi pendiam. Selama berbulan-bulan, dia tidak pernah lagi tersenyum. Dia sering melampiaskan emosinya kepada Tara. Tara pun menyalahkan Hana yang tidak bisa menerima keadaan ini. Hana dicap sebagai orang yang tidak sanggup menyembuhkan diri sendiri. Mereka sama-sama mengalami depresi.

Bisakah Tara menghindari depresi ini dari awal? Atau Tara memang terlena dan tidak berusaha melepaskan kenikmatan yang membawa sengsara ini? Bagaimana dengan Hana? Siapa yang akan disalahkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun