**
Beberapa minggu kemudian akhirnya tante Abie datang lagi untuk berdana seperti biasa, tidak ada raut sedih, seperti hari-hari sebelumnya. Semua ingin mencari tahu bagaimana keadaannya, bagaimana rumahnya, bagaimana warung, bagaimana dirinya. Ia bercerita:
Terima kasih atas bantuannya, saya tidak dapat menerima, masih banyak yang lebih membutuhkan daripada saya.
Waktu kebakaran, saya tidak ada dirumah. Sebagian barang dikeluarkan oleh tetangga, tetangga mencari-cari saya. Waktu sampai di rumah, semua sudah terbakar habis.
Tetangga saya menangis sedih sambil bercerita. Tetangga saya terheran-heran lalu bertanya: "Mengapa ibu Abie tidak menangis?".
Saya jawab: "Semua tidak ada yang kekal"
Tante Abie menceritakan dengan santai tanpa ada raut sedih, menyesal atau kecewa.
Bertahun-tahun tante Abie memupuk kebajikan dengan berdana, melepas apa yang ia miliki demi manfaat orang lain. Kebajikan tante Abie dengan berlatih melepas, melindungi dirinya dari perubahan yang terjadi. Ketika sesuatu yang berharga miliknya tiba-tiba lenyap, ia dapat melepas karena sudah berlatih melepas.
Kebajikan tante Abie yang melindungi dirinya, pelindung sejati dari kesedihan dan nestapa, pelindung kemanapun ia pergi.
**
Jakarta, 25 Agustus 2022
Penulis: Jayanto Chua, Kompasianer Mettasik
Programmer | Penulis Buku | Praktisi Meditasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI