Yang harus dilepaskan adalah kekotoran batin. Ia terdiri dari Tiga Akar Kejahatan, yakni kebencian (dosa), keserakahan (lobha), dan kebodohan batin (moha). Jagalah sila (moralitas) agar kekotoran batin tidak akan melekat.
Sebagaimana mencari lokasi penggalian yang tepat. Keyakinan (sadha) harus penuh, pikiran harus tenang, menjaga tubuh agar senantiasa bugar. Juga tidak lupa dengan semangat (viriya) untuk tidak berputus asa.
Setelah menemukan lokasi yang tepat, kini saatnya mulai menggali. Tentunya kita membutuhkan peralatan yang tepat. Yang efektif dan efisien agar penggalian tidak memakan waktu yang lama.
Tiga peralatan utama adalah; berbuat kebajikan, menjaga sila (moralitas), dan praktek meditasi.
Meditasi bagaikan senter yang menerangi kegelapan. Menunjuk jalan menuju ke arah harta karun. Kebajikan bagaikan mesin pengebor, mendekatkan diri semakin dekat ke tumpukan berlian. Sila bagaikan kerangka penahan. Menjaga tanah yang sudah digali agar tidak ambruk lagi.
Lalu, apakah harta karun telah penulis temukan? Belum! Hingga kini masih terus menggali dan menggali. Sesungguhnya, penulis tidak berusaha menemukan harta yang hilang tersebut, karena emas permata itu sudah ada.
Dan itu berada jauh didalam batin ini. Telah lama di sana, dibiarkan terongok dan tak tersentuh. Dan ia adalah bagian dari penciptaan itu sendiri.Â
Sebagaimana perkataan orang bijak, hidup terasa sulit karena kita tidak mampu membuatnya sederhana.
Pertanyaan yang selama ini kucari, terjawab sudahlah. Kata kuncinya memang adalah kesabaran. Tapi, kesabaran berefleksi dengan cara yang berbeda. Bukan melalui mendapatkan, tapi sebaliknya, melepaskan.
Lepaskanlah. Ingatlah tidak semua hal yang pahit itu tidak nyaman. Sebagaimana kita bisa merasakan manis, jika rasa pahit itu eksis. Jangan pula melekat dengan kenyamanan, karena penderitaan akan selalu ada selama keinginan itu ada.
Semoga semua yang membaca selalu berbahagia.