Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Gunanya Mata, Jika Hatimu Buta

13 Agustus 2022   16:39 Diperbarui: 13 Agustus 2022   16:39 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa Gunanya Mata, Jika Hatimu Buta? (gambar: dailyvirtue.net, diolah pribadi)

Siang itu, Mall sangat ramai, di lobi utama ada pentas lomba nyanyi untuk anak-anak, suaranya sangat bising. Suara musik yang berpadu dengan celotehan anak-anak, juga dukungan dari orangtua masing-masing.

Sesaat aku memperhatikan sekeliling, tampaklah wajah-wajah polos dari peserta. Ada yang terlihat malu-malu, ada yang terlihat cemas. Namun, banyak juga yang terlihat bahagia, tertawa bersama teman-teman mereka. Kepolosan mereka mencerminkan pikiran dan hati mereka yang bersih.  

Karena acara sudah dimulai, aku sempatkan beberapa menit untuk menonton pertunjukan ini. Jujur, aku kagum dengan keberanian mereka yang tampil di atas pentas. Acara cukup semarak dan penonton semakin memenuhi area lobi utama. Jam sudah menunjuk angka tiga, dan aku memutuskan untuk segera  pulang.

Ketika hendak memesan layanan grab car, aku baru sadar kalau handphone tak ada didalam tas. Sesaat aku terhenyak, hilang dimana? Tertinggalkah? Tasku masih utuh, tak ada kerusakan apapun. Lunglai, dunia rasanya berhenti berputar, kenapa aku bisa ceroboh seperti ini? Kuperiksa isi tas, dompet dan yang lainnya masih utuh. "Pasti tertinggal di satu tempat," pikirku.

Setelah menenangkan diri dan mencoba untuk mengingat kembali kapan terakhir kali aku menggunakannya, aku telusuri kembali toko-toko yang aku singgahi, hingga akhirnya aku ingat ...di toko Tas "H".

Aku bangkit berdiri ketika seorang anak perempuan menangis kebingungan di dekat tempat dudukku, usianya sekitar tiga tahun. Aku bertanya, "Kenapa menangis, nak?"

"Mama... mama" tangisnya.

Astaga bocah kecil ini nakalnya, pikirku, bisa-bisanya terpisah dari orangtuanya."   

Sebuah dilema, Urus urusan sendiri atau bocah kecil ini? Dalam dekapanku seorang anak kecil dengan tubuh menggigil dan mata memancarkan ketakutan menangis, mencari mamanya. Dan di sisi yang lain, Ibu si anak juga pasti sangat khawatir.

Terlintas dalam pikiran, "Ini bukan kebetulan, semesta memilihku diantara lautan manusia yang ada disana."  Suara hatiku berbisik mengulang kalimat yang pernah di ucapkan Pastor Anthony de Mello, "Apa gunanya mata, jika hatimu buta?"

Kudekap erat bocah kecil itu, dan berusaha untuk menenangkannya. Lalu membawanya ke layanan informasi, dan mengurusnya sesuai prosedur yang berlaku.

Sore semakin melaju, matahari hampir tenggelam ketika akhirnya bocah kecil itu bertemu mamanya, aku bergegas untuk mengurus kebutuhanku sendiri. Di tangga berjalan ada sepasang suami istri lansia, berdiri berjejer, saling berpegangan tangan.

Karena tak ingin mengganggu 'kemesraan mereka', dengan sabar aku berdiri di belakang mereka menunggu hingga sampai di atas, sambil membayangkan kelak di usia mereka, aku akan melakukan hal yang sama bersama suamiku. Ini membuat hatiku menghangat dan tanpa ragu aku tersenyum.

Ketika akhirnya kakiku melangkah keluar dari eskalator, aku bertanya-tanya, entah kekuatan apa yang membuat aku sabar bertahan dalam kondisi-kondisi tadi.

Sesampai di toko tas, situasinya sangat ramai. Setengah frustasi aku sempat berpikir,  "Kelihatannya aku harus mampir ke toko sebelah untuk beli handphone baru dan naik satu lantai ke kantor provider untuk mengurus nomornya."

Tapi, aku sudah sampai disini. Kenapa tidak mencoba bertanya, siapa tahu...

Senyum kembali hadir, hati sudah kembali tenang, dengan mantap aku melangkah menuju kasir. Seorang Wanita menghampiriku sambil tersenyum, "Selamat datang di toko kami, ada yang bisa saya bantu, Bu?"

Saya sampaikan tujuan kedatangan saya, dan dia memintaku untuk menunggu. Setelah beberapa saat dia kembali dengan tangan menggengam, "Yang ini handphone-nya Bu?"

Amazing! 

Masih dalam suasana hati yang bahagia, saya mendengar celutukan dari seorang SPG yang juga tampak senang dengan kebahagiaanku.

"Ada seorang pembeli yang menemukannya di atas rak display, bu. Katanya sih, si penemu mencoba menyusulku, tetapi tidak menemukan ibu. Dia ingat muka ibu, dan itu yang mendorongnya untuk mengembalikan handphone ini."

"Padahal kan, dia bisa saja tidak jujur dan menjual hape ini, ya bu." Si SPG nyerocos bagai bunyi senapan mesin.

Saya terdiam, dengan penuh haru saya mengucapkan "terimakasih sudah menjadi orang baik."

Apa yang dikatakan selanjutnya oleh si SPG membuatku tercengang. Dia berkata "apa gunanya mata, jika hati buta?" Luar biasa...

Sepertinya semesta memiliki caranya sendiri untuk menularkan kebaikan.

Sambil melangkah pulang, Aku merenungkan  kekuatan Metta dan Karuna  (cinta kasih dan welas asih)  yang  luar biasa. Seperti yang dikatakan oleh Guru Agung Buddha Gotama, dalam Angutara Nikaya, Mettanisangsa disebutkan, sedikitnya  ada 11 manfaat  bagi seorang yang mengembangkan  Metta,  diantaranya dia akan disukai bukan hanya oleh manusia tapi juga oleh semua mahluk.

Dan ada satu manfaat  lain yang selalu didambakan oleh setiap orang, yaitu wajahnya sedap dipandang. Ini bukan tentang kecantikan fisik, ini tentang kecantikan yang keluar dari dalam diri yang bersumber dari batin yang bersih, batin yang dipenuhi kasih sayang dan kesabaran. Tidak butuh biaya mahal untuk membayar jasa dokter estetika, apalagi harus operasi plastik.

Tekad saya semakin kokoh untuk terus mempraktekan Metta dan Karuna , Cinta kasih dan welas asih .....untuk  terus melakukan kebajikan, tidak peduli sehebat apapun perubahan yang terjadi  di dunia ini.

Semoga semua mahluk berbahagia.

**

Bandung, 13 Juli 2022
Penulis: Yasodha Dei, Kompasianer Mettasik

Learn, Rise, and Shine

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun