Kudekap erat bocah kecil itu, dan berusaha untuk menenangkannya. Lalu membawanya ke layanan informasi, dan mengurusnya sesuai prosedur yang berlaku.
Sore semakin melaju, matahari hampir tenggelam ketika akhirnya bocah kecil itu bertemu mamanya, aku bergegas untuk mengurus kebutuhanku sendiri. Di tangga berjalan ada sepasang suami istri lansia, berdiri berjejer, saling berpegangan tangan.
Karena tak ingin mengganggu 'kemesraan mereka', dengan sabar aku berdiri di belakang mereka menunggu hingga sampai di atas, sambil membayangkan kelak di usia mereka, aku akan melakukan hal yang sama bersama suamiku. Ini membuat hatiku menghangat dan tanpa ragu aku tersenyum.
Ketika akhirnya kakiku melangkah keluar dari eskalator, aku bertanya-tanya, entah kekuatan apa yang membuat aku sabar bertahan dalam kondisi-kondisi tadi.
Sesampai di toko tas, situasinya sangat ramai. Setengah frustasi aku sempat berpikir, Â "Kelihatannya aku harus mampir ke toko sebelah untuk beli handphone baru dan naik satu lantai ke kantor provider untuk mengurus nomornya."
Tapi, aku sudah sampai disini. Kenapa tidak mencoba bertanya, siapa tahu...
Senyum kembali hadir, hati sudah kembali tenang, dengan mantap aku melangkah menuju kasir. Seorang Wanita menghampiriku sambil tersenyum, "Selamat datang di toko kami, ada yang bisa saya bantu, Bu?"
Saya sampaikan tujuan kedatangan saya, dan dia memintaku untuk menunggu. Setelah beberapa saat dia kembali dengan tangan menggengam, "Yang ini handphone-nya Bu?"
Amazing!Â
Masih dalam suasana hati yang bahagia, saya mendengar celutukan dari seorang SPG yang juga tampak senang dengan kebahagiaanku.
"Ada seorang pembeli yang menemukannya di atas rak display, bu. Katanya sih, si penemu mencoba menyusulku, tetapi tidak menemukan ibu. Dia ingat muka ibu, dan itu yang mendorongnya untuk mengembalikan handphone ini."