Pelita akan terus menyala, dengan sumbu dan minyak. Lilin pun akan menyala terus, selama sumbu dan lilinnya ada. Kita melihat semua ini sebagai fenomena biasa. Tapi sesungguhnya, kita bisa belajar dari pelita atau lilin ini.
Tidak ada pelita yang bisa menyala terus-menerus. Tidak ada lilin yang juga bisa menyala terus-menerus. Mereka akan padam saat tertiup angin.
Bagaimana kalau tidak ada angin? Mereka pun akan padam pada waktunya. Kalau bukan disebabkan oleh minyak atau lilinnya habis, mungkin karena sumbunya yang habis, atau kedua-duanya habis. Pasti satu waktu, mereka akan padam sendiri.
Begitulah kehidupan manusia. Kita bisa mati kapan saja. Kalau tidak karena penyakit, mungkin karena kecelakaan, atau sebab-sebab lain.
Andaikata kita banyak berolah raga, selalu mengkonsumsi makanan sehat, tubuh kita akan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Tapi, ini pun tidak bisa membuat kita terelakkan dari kematian. Saat usia tua, tubuh pasti mengalami kelapukan, dan akan 'padam'.
Lilin atau pelita yang menyala, memang pasti akan padam. Sebelum padam, lilin atau pelita itu telah memberikan penerangan kepada lingkungannya. Pelita telah memudahkan manusia di kala gelap. Mereka memberikan manfaat yang sangat besar semasa hidupnya, sebelum padam.
Kehidupan manusia pun hendaknya seperti pelita. Sebelum kematian datang, isilah kehidupan ini dengan hal-hal bermanfaat bagi lingkungan dan keluarga. Isilah hidup ini dengan kebajikan-kebajikan yang bermanfaat bagi lingkungan kita, sebelum hidup kita 'padam'.
Banyak cara untuk memberikan 'terang'. Tidak sulit. Dengan menebar senyum atau menyapa dengan gembira saat bertemu keluarga di pagi hari, atau saat bertemu teman di kantor, kita sudah bisa memberikan 'terang'.
Saat melihat orang kesusahan dan perlu bantuan, kita membantu, itu juga memberi 'terang'. Kita berlatih meditasi, melaksanakan sila, itu juga memberikan 'terang'; memberi 'terang' pada diri sendiri, dan juga kepada lingkungan.
Ada banyak orang di dunia ini yang telah memberikan terang, yang sangat terang, dan "cahaya"-nya bertahan lama. Mereka antara lain: Mahatma Gandhi, Master Cheng Yen, Madam Theresa, Gus Dur, dan lain-lain. Teladan kebajikan yang mereka perbuat itu sangat luar biasa, bahkan menginspirasi banyak orang di dunia ini.
Namun, apakah mereka hanya memberikan terang kepada lingkungannya? Tidak. Mereka juga memberikan terang pada dirinya sendiri. Mereka menjalani kehidupannya dengan bahagia. Mereka bergembira dalam kebajikan mereka.
Kita juga bisa melihat contoh yang dekat dengan kehidupan kita. Ayah ibu kita, kakek nenek kita. Mereka berjuang di masa-masa sulit untuk memberikan kehidupan kepada kita.
Mereka mencari nafkah agar anak cucunya hidup berkecukupan. Mereka menyediakan sandang pangan untuk kita, memberikan pendidikan di sekolah dan di rumah.
Mereka memberikan nasihat, cinta kasih dan kasih sayang kepada kita. Itu semua adalah "terang" yang dipancarkan oleh orang tua kita. Mereka tidak pernah mengeluh walau waktu dan tenaga mereka terkuras habis untuk anak-anaknya.
Mereka hidup laksana pelita, yang hanya tahu memberikan terang, walau dirinya terus termakan usia.
Banyak sekali kebajikan yang bisa kita lakukan sepanjang masa hidup kita, sebelum hidup ini "padam". Tidak harus dengan karya besar seperti membangun rumah sakit untuk mereka yang kurang mampu, atau berdana makanan di negara yang kekurangan.
Kita bisa memulainya dengan hal-hal sederhana di sekitar kita. Tidak sulit. Berbicara dengan santun, memberikan nasihat yang menyejukkan, menebar senyum, membantu pembiayaan orang sakit, membantu ayah ibu, memancarkan cinta kasih melalui samadhi, dan sebagainya.
Mulailah dari hal-hal kecil, tapi sering dilakukan. Kalau kita banyak memberikan 'terang', hidup kita menjadi lebih berarti, lebih bermanfaat.
Orang-orang sekitar kita akan senang bertemu dengan kita. Dan pada saat kita harus 'padam', kita memiliki banyak bekal kebajikan yang akan membahagiakan kita di kehidupan berikutnya.
Hiduplah sebagai pelita, terangi lingkungan kita.
**
Jakarta, 9 Agustus 2022
Penulis: Silakumaro Tonny Coason
Jadikan Hidup Lebih Bermakna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H