Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ananda Menimbun Parami, Berjumpa Dalam Cahaya

6 Agustus 2022   06:27 Diperbarui: 6 Agustus 2022   06:30 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ananda Menimbun Parami, Berjumpa Dalam Cahaya (gambar: istockphoto.com, diolah pribadi)

Jangan lagi kita hambat dengan kesedihan kita yang berlarut-larut. Bantulah beliau dengan pelimpahan jasa. Semoga almarhum terlahir di alam bahagia dan tetap mengenal Dhamma. Agar kelak segera terbebaskan.

Seperti yang Buddha ajarkan "hidup ini tidak pasti, namun kematian itu pasti." Kita perlu memahami tentang kesadaran akan kematian. Sehingga saat kematian tiba-tiba merenggut, kita telah siap menghadapinya.

Mari kita simak satu tragedi yang sangat mengharukan ini.

Seorang anak muda belia, cerdas, cantik dan baik hati. Anak kesayangan orang tua, saudara dan teman sekolahnya.  Ia berasal dari India. Datang ke Jakarta untuk berlibur ke rumah tantenya yang juga ibu angkatnya.

Niat berlibur, bersenang-senang melepas rindu. Malah tragedi yang terjadi.  Ia ditemukan tidak sadarkan diri di kamar mandi, suddent death.

Sang tante masih belum dapat menerima keadaan keponakannya. Yang sudah dinyatakan mati batang otak, Brain death. Untung kedua orang tua kandung si anak segera tiba dari negaranya.

Setelah mendengar penjelasan mengenai kondisi putrinya yang sudah dinyatakan brain death. Sang ayah berkata : "Putri saya anak yang ceria, ia juga baik hatinya". "Ia pasti bahagia, ia juga tidak mau kami menangis".  Kami tidak akan menangis. Ia bahagia, kami pun akan bahagia.

"Sekarang silakan dokter ambil organ-organ putri saya yang bisa didonorkan". Sekejap para medis terhenyak mendengar pernyataan si ayah. Antara percaya dan tidak percaya. Betapa beliau dapat setegar itu, ikhlas melepas putri tercintanya. Betapa mulia bisa rela mendonorkan organ putrinya.

Malahan kami, para medis yang terharu biru mendengar pernyataan sang ayah. Tapi waktu mengejar kami untuk bertindak cepat. Pada saat itu, karena usia anak yang relatif masih sangat muda,13 tahun. Hanya kedua kornea mata yang dapat disumbangkan.

Betapa organ kornea matamu amat berguna. Bagi orang yang sudah lama menanti untuk dapat melihat indahnya dunia.

Terima kasih, atas kebaikan hatimu dan juga orang tuamu. Surga bukanlah tempat, melainkan hasil dari serangkaian sikap. Di sini dan saat ini kalian sudah menemukan surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun