Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yuk, Bahagiakan Indra dengan Unsur AWAS

4 Agustus 2022   05:55 Diperbarui: 4 Agustus 2022   05:56 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuk, Bahagiakan Indra dengan Unsur AWAS (background, unsplash.com, diolah pribadi)

 

Perkembangan teknologi digital seharusnya memberikan kemudahan di berbagai sektor kehidupan. Dengan demikian, hidup ini seharusnya lebih bahagia. Sayangnya, yang terjadi kadang justru sebaliknya.

Seringkali kita mendengarkan media sosial digunakan sebagai ajang pamer. Menimbulkan pro-kontra dan perdebatan tidak perlu di masyarakat. Lalu bullying pun terjadi. Korbannya tidak pandang bulu. Dari kanak-kanak hingga dewasa, bahkan ada yang meninggal karena stres atau bunuh diri.

Ini belum termasuk penipuan yang semakin canggih. Tindak kejahatan begitu cepat beradaptasi seiring dengan perkembangan teknologi.

Jika kita amati, siklus hidup manusia sejak dahulu tidak mengalami perubahan. Walaupun berbagai perkembangan terjadi di segala bidang, kehidupan kita tidak lain hanyalah proses dari lima indra plus pikiran. Apapun aktivitas yang kita lakukan, semua merupakan proses dari 5+1 unsur ini.

Begitu pula dengan kebahagiaan dan lawannya, ketidakbahagiaan. Lalu bagi mereka yang tidak bahagia, pertanyaannya; hidup seperti apa ya, yang membuat kita menjadi berarti dan akhirnya bahagia?

Padahal mereka yang bahagia juga melalui aktivitas yang mencakup 6 unsur yang sama. Lima Indra dan pikiran.   

Hal ini sesungguhnya sudah dibahas dalam dhamma, dan harus kita praktekkan sehari-hari. Untuk itu, pada tulisan ini saya akan menyimpulkannya dengan sebuah rumusan sederhana. Dengan demikian, semoga kita bisa merasakan manfaat dhamma untuk kehidupan kita.

Praktikkanlah AWAS untuk menjadi bahagia, sebagai berikut;

A= Amati, setiap gejolak batin yang terjadi.
W= Waspada, pahami apa yang terjadi pada gejolak batin.
A= Angkat, tinggalkan dan lepaskan pergolakan batin tersebut.
S= Semangat, lakukan usaha yang benar dan bermanfaat.

Untuk pola Semangat ini, rumusnya adalah -1, 0, +1, +2, atau:

Hal-hal buruk yang sudah muncul, kurangi, lalu ditiadakan (-1)
Hal-hal buruk yang belum muncul, ditiadakan. (0)
Hal-hal baik yang belum muncul, segera munculkan (+1)
Hal-hal baik yang sudah muncul, tambah lagi yang lebih banyak (+2)

Lalu bagaimana praktik AWAS ini bisa membuat kita lebih bahagia?

Bukankah rumus bahagia adalah memberi dahulu lalu menerima. Itu adalah hukum karma yang berlaku universal, yang berproses dengan sistem tabur-tuai. Jika rumus AWAS kita praktekkan maka kita juga akan mempraktekkan cinta kasih kepada mahluk lain.

Dengan praktek cinta kasih (metta), kita akan mengkondisikan seluruh mahluk berbahagia. Begitu pula dengan diri kita sendiri.

Saya ingin berbagi pengalaman mempraktekkan AWAS tersebut saat sedang berkendara dan lalu lintas sangat macet:

A= Amati. Saat macet, saya mulai mengamati pergolakan batin saya. Yang muncul pertama adalah seluruh energi negatif, seperti perasaan mau marah, kesal, kecewa, dan lain sebagainya.

W= Waspada. Saya lalu mulai menyadari bahwa gejolak batin tersebut akan berakibat pada kondisi saya selanjutnya. Saya merasa panas, pening, mau muntah, dan lain sebagainya.

A= Angkat. Saya segera sadar dan mulai melepaskan semua energi negatif yang berasal dari pergolakan batin tersebut.

S= Semangat. Selanjutnya, saya memberikan semangat kepada diri saya sendiri dan juga memacarkan metta kepada para pengemudi di sekitar saya. Dalam hati saya berujar, "semoga kemacetan ini cepat selesai, semoga para pengemudi di sekitar saya tidak saling marah-marah, tidak saling menyerobot, dan bisa lebih tenang. Semoga kita semua berbahagia.

Dengan melakukan praktek AWAS tersebut, maka dalam seketika gejolak batin saya yang negatif akan lenyap. Yang muncul tiada lain hanyalah perasaan bahagia.

Saya merasa tenang, karena sudah memancarkan cinta kasih kepada diri sendiri. Saya merasa bahagia dengan kondisi ini. Lalu cinta kasih tersebut juga turut saya sebarkan melalui pengharapan yang baik kepada para pengemudi kendaraan di sekeliling saya.

Terlepas apakah mereka menerimanya atau tidak, paling tidak saya sudah mengharapkan kebahagiaan bagi mereka. Tidak ada penderitaan yang berasal dari kekesalan, tidak ada penderitaan yang berasal dari keinginan untuk mencabik-cabik keadaan atau orang-orang di seputaran saya.

Tidak ada, yang ada hanyalah perasaan BAHAGIA

Yuk, kita mulai belajar untuk mempraktekkan AWAS ini setiap saat. Dan semoga kita mampu selalu menghilangkan pergolakan batin yang tidak baik. Sehingga perasaan yang muncul sejak pagi hingga malam hari hanyaalah BAHAGIA, BAHAGIA dan BAHAGIA.

Bagaimana cara memulainya?

Untuk itu, kita perlu rumusan selanjutnya, yakni 3K alias Kemauan, Kemauan, dan (sekali lagi) Kemauan.

Tantangan terbesar kita adalah bagaimana meningkatkan kemauan tersebut? Jika kemauan sudah muncul dan menjadi kebiasaan, niscaya dijamin tidak akan ada lagi dukkha (penderitaan) yang menghampiri.

Bonusnya adalah BAHAGIA akan kita peroleh pada KEHIDUPAN INI.

Catatan: Tulisan ini terinspirasi dari kelas Abidhamma yang diselenggarakan oleh Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (MAGABUDHI), Jakarta

**

Jakarta, 04 Agustus 2022
Penulis: Muljawati Chitro, Kompasianer Mettasik

Akuntan Publik | Aktivis Buddhis | Trainer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun