Saya merasa tenang, karena sudah memancarkan cinta kasih kepada diri sendiri. Saya merasa bahagia dengan kondisi ini. Lalu cinta kasih tersebut juga turut saya sebarkan melalui pengharapan yang baik kepada para pengemudi kendaraan di sekeliling saya.
Terlepas apakah mereka menerimanya atau tidak, paling tidak saya sudah mengharapkan kebahagiaan bagi mereka. Tidak ada penderitaan yang berasal dari kekesalan, tidak ada penderitaan yang berasal dari keinginan untuk mencabik-cabik keadaan atau orang-orang di seputaran saya.
Tidak ada, yang ada hanyalah perasaan BAHAGIA
Yuk, kita mulai belajar untuk mempraktekkan AWAS ini setiap saat. Dan semoga kita mampu selalu menghilangkan pergolakan batin yang tidak baik. Sehingga perasaan yang muncul sejak pagi hingga malam hari hanyaalah BAHAGIA, BAHAGIA dan BAHAGIA.
Bagaimana cara memulainya?
Untuk itu, kita perlu rumusan selanjutnya, yakni 3K alias Kemauan, Kemauan, dan (sekali lagi) Kemauan.
Tantangan terbesar kita adalah bagaimana meningkatkan kemauan tersebut? Jika kemauan sudah muncul dan menjadi kebiasaan, niscaya dijamin tidak akan ada lagi dukkha (penderitaan) yang menghampiri.
Bonusnya adalah BAHAGIA akan kita peroleh pada KEHIDUPAN INI.
Catatan: Tulisan ini terinspirasi dari kelas Abidhamma yang diselenggarakan oleh Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (MAGABUDHI), Jakarta
**
Jakarta, 04 Agustus 2022
Penulis: Muljawati Chitro, Kompasianer Mettasik