Untuk pola Semangat ini, rumusnya adalah -1, 0, +1, +2, atau:
Hal-hal buruk yang sudah muncul, kurangi, lalu ditiadakan (-1)
Hal-hal buruk yang belum muncul, ditiadakan. (0)
Hal-hal baik yang belum muncul, segera munculkan (+1)
Hal-hal baik yang sudah muncul, tambah lagi yang lebih banyak (+2)
Lalu bagaimana praktik AWAS ini bisa membuat kita lebih bahagia?
Bukankah rumus bahagia adalah memberi dahulu lalu menerima. Itu adalah hukum karma yang berlaku universal, yang berproses dengan sistem tabur-tuai. Jika rumus AWAS kita praktekkan maka kita juga akan mempraktekkan cinta kasih kepada mahluk lain.
Dengan praktek cinta kasih (metta), kita akan mengkondisikan seluruh mahluk berbahagia. Begitu pula dengan diri kita sendiri.
Saya ingin berbagi pengalaman mempraktekkan AWAS tersebut saat sedang berkendara dan lalu lintas sangat macet:
A= Amati. Saat macet, saya mulai mengamati pergolakan batin saya. Yang muncul pertama adalah seluruh energi negatif, seperti perasaan mau marah, kesal, kecewa, dan lain sebagainya.
W= Waspada. Saya lalu mulai menyadari bahwa gejolak batin tersebut akan berakibat pada kondisi saya selanjutnya. Saya merasa panas, pening, mau muntah, dan lain sebagainya.
A= Angkat. Saya segera sadar dan mulai melepaskan semua energi negatif yang berasal dari pergolakan batin tersebut.
S= Semangat. Selanjutnya, saya memberikan semangat kepada diri saya sendiri dan juga memacarkan metta kepada para pengemudi di sekitar saya. Dalam hati saya berujar, "semoga kemacetan ini cepat selesai, semoga para pengemudi di sekitar saya tidak saling marah-marah, tidak saling menyerobot, dan bisa lebih tenang. Semoga kita semua berbahagia.
Dengan melakukan praktek AWAS tersebut, maka dalam seketika gejolak batin saya yang negatif akan lenyap. Yang muncul tiada lain hanyalah perasaan bahagia.