Saya ingin berfokus pada kebenaran kedua, "Kebenaran tentang sebab Dukkha." Filsafat ini bukanlah hal yang jelimet jika dikaitkan dengan hukum karma.
Singkatnya setiap orang terlahir dengan paket karma lampaunya. Paket tersebut berisikan karma baik dan buruk yang lengkap. Banyak karma baik, banyak pula karma buruk.
Jadi hasil dari karma-karma tersebut akan berujung kepada dua hal, kondisi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Hingga pada akhirnya, kenyataan ini akan terhubung lagi dengan situasi keseharian kita. Baik dan buruk adalah nyata adanya. Semuanya adalah kondisi yang datang silih berganti mengisi kehidupan sehari-hari.
Lalu, apakah kita akan pasrah menunggu nasib? Tidak demikian teman-teman.
Kabar baiknya adalah, meskipun setiap orang mewarisi karmanya masing-masing, karma baik dan buruk tidak datang pada saat yang sama. Oleh sebab itu, jika ingin hidup bahagia maka kondisikanlah karma baik yang akan datang menyerta.
Caranya?
Yang pertama, selalulah berpikir positif. Kendati kita sedang susah, cobalah merenung. Bukankah di tengah kegelapan pasti ada setitik cahaya. Cobalah untuk selalu bersyukur, bahwa susah-susahnya kehidupan pasti memiliki hikmahnya tersendiri.
Dengan menerima kenyataan apa adanya, bukan dengan menolaknya maka kita akan lebih mudah menjalani hidup ini. Dengan demikian maka karma buruk yang sudah berbuah akan terasa lebih enteng untuk ditapaki.
Cara kedua adalah dengan melakukan lebih banyak kebajikan. Perbuatan baik yang kita lakukan saat ini cenderung akan menarik timbunan karma-karma baik yang telah kita miliki dari masa lampau.
Jangan menganggap jika kebajikan itu tidak berguna. Melakukan hal-hal kecil untuk membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan akan membawa hasil yang baik juga.