Lantas jika kita tidak bisa mengetahui apa kesalahan kita, bagaimana cara memperbaikinya? Dari sinilah seringkali muncul ide untuk melakukan perjalanan menembus waktu.
Konon rajin bermeditasi hingga mencapai tingkat tertentu, mampu menembus bayangan masa lalu. Tapi, ada juga jalan pintas. Bisa lewat regresi melalui teknik hipnotis. Lebih canggih lagi jika mampu membayar dewa. Melalui tubuh medium yang konon telah mengantongi frekuensi surga.
Jangan dulu mengerutkan kening, karena itu bukan esensi dari artikel ini. Pertanyaan selanjutnya, katakanlah kita sudah mampu melihat masa lalu, apakah itu akan serta merta mengubah nasib kita?
Dari beberapa jawaban yang saya pernah dengar, hasilnya berbeda-beda. Ada yang mengatakan, "tentu, karena karma buruk dapat dikias melalui kebajikan. Dengan demikian masa depan akan lebih bagus, karena utang masa lalu sudah dibayar."
Ada juga versi berbeda lainnya, "yah, paling tidak saya puas dan bisa menerima keadaan saya apa adanya. Ini demi masa depan yang lebih bahagia."
Yang paling mencengangkan adalah jawaban yang satu ini, "dengan melihat ke masa lalu, saya bisa membalas dendam kepada oknum yang membuatku menderita."
Meskipun terlihat berbeda, secara umum jawaban yang kuterima mengacu kepada hal yang sama. Dengan melihat masa lalu, maka ada harapan untuk mendapatkan masa depan yang bagus.
Sekali lagi, benarkah demikian?
Tentu ini tidak sepenuhnya salah juga, walaupun banyak juga yang mencibir jika itu hanyalah hal yang sia-sia saja.
Sebenarnya hukum karma sudah sangat jelas. Apa yang kita alami itu adalah buah perbuatan masa lampau. Hanya saja maukah orang tersebut menerima kenyataan tersebut?
Ada sebuah filsafat Buddhisme yang dikenal dengan Empat Kebenaran Mulia, yakni; Kebenaran tentang Dukkha, Kebenaran tentang sebab Dukkha, Kebenaran tentang lenyapnya Dukkha, dan Kebenaran tentang jalan menuju akhir Dukkha (Jalan Mulia Berunsur Delapan).