Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kita Sering Lupa Bercermin

23 Juli 2022   05:05 Diperbarui: 23 Juli 2022   05:23 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita Sering Lupa Bercermin (gambar: whatshihsaid.com, diolah pribadi)

Chandra seorang manajer di sebuah perusahaan. Dia terkenal galak dan tak segan-segan memarahi stafnya yang bekerja tidak sesuai dengan kemauannya.

Chandra: "Budi, kenapa kerja kamu seperti ini? Tidak lihat, kalau angkanya tidak cocok? Kerja tidak becus."

Budi: "Maaf, Pak. Saya kemarin sangat sibuk, tidak sempat memeriksa lagi laporan yang dibuat staf saya. Ini saya buru-buru kasih Bapak karena sudah mepet waktu."

Chandra: "Kamu jadi supervisor tidak teliti. Seharusnya cek dulu pekerjaan staf, jangan asal kasih laporan. Kalau seperti ini lagi, kelak saya potong nilai kamu."

Budi kembali ke ruangannya, menjumpai stafnya dan marah-marah kepada stafnya yang salah membuat laporan. Ia pun melampiaskan emosinya kepada stafnya itu.

Tak lama kemudian, Caroline, teman kerja Budi, datang ke ruangan Budi. Melihat Budi sedang ruwet wajahnya, diapun bertanya, ada masalah apa?

Budi: "Saya kesal banget. Pak Chandra tahunya marah-marah saja. Malah mengancam nilai saya akan dipotong." Lalu Budi menceritakan kisahnya dari awal.

Caroline: "Pak Chandra memang begitu. Orangnya kalau bekerja, serius. Harus sempurna. Kita jangan membuat kesalahan."

Budi: "Tapi itu kan dimintanya buru-buru. Wajar kalu ada salah. Salah sedikit saja, marahnya luar biasa, pakai ancaman pula."

Caroline: "Lhaaa, kamu bilang pak Chandra marah-marah, apakah kamu tadi tidak marah kepada staf kamu yang berbuat salah itu?"

Budi: "Saya marah ke staf saya, karena saya tadi dimarahin Pak Chandra. Kalau Pak Chandra tadi negur baik-baik, saya juga tidak akan marah-marah ke staf saya."

Kejadian seperti ini, sering terjadi. Kita bisa melihat kekurangan orang lain, tapi kita tidak bisa melihat kekurangan diri sendiri. Kita tidak mau menerima perlakuan orang lain yang menurut kita tidak baik, tapi kita juga melakukan hal yang sama kepada orang lain. Kita sering lupa bercermin.

Cobalah setiap malam hari, menjelang tidur, kita merenung sejenak. Mengingat kembali apa yang sudah kita lakukan hari ini, sejak pagi sampai malam hari. Analisa, berapa banyak hal baik, dan berapa banyak hal buruk yang sudah kita lakukan.

Jika ada hal buruk, akuilah itu sebagai perbuatan yang buruk. Tidak perlu malu mengakuinya, karena kita hanya mengaku pada diri sendiri. Lihatlah apa yang tidak baik, sebagai tidak baik. Jangan melakukan pembelaan: "Tadi saya marah, karena boss yang marah duluan."

Akuilah kalau kita sudah marah-marah, dan itu kurang baik. Dengan mengakui ketidakbaikan sebagai ketidakbaikan, kita telah melakukan hal yang baik. Mengapa demikian? Kalau kita menyadari itu sebagai hal yang tidak baik, kita akan membangkitkan keinginan untuk tidak melakukannya lagi. Tapi kalau kita menganggap marah-marah tadi itu sebagai hal yang benar (karena kita sudah dimarahi duluan oleh orang lain), maka tertutuplah pintu bagi kita untuk menuju perbaikan sikap.

Bercerminlah, lihatlah perbuatan kita sendiri.

**

Jakarta, 23 Juni 2022
Penulis: Silakumaro Tonny Coason

Jadikan Hidup Lebih Bermakna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun