Anehnya, tidak ada peyesalan setitik pun. Aku lalu Kembali ke restoran melanjutkan tugasku menjamu relasi kantor.
Setelah beberapa saat berlalu, tasbih tersebut masih dalam genggamanku. Entah sugesti atau bukan, aku merasakan jika ia memang bertuah.
Aku semakin percaya setelah mendapatkan konfirmasi. Beberapa ahli ramal yang kutemui selalu mengatakan jika tasbih tersebut memang membawa hoki.
"Jika kamu bawa berjudi, pasti menang berkali-kali," kira-kira begitu ucapan mereka. Sayangnya saya bukan penjudi, jadi ucapan ahli ramal tersebut tidak pernah kubuktikan.
Tapi, keberuntungan yang kurasakan tidak berasal dari materi. Lebih kepada hal spiritual. Diri ini selalu dihampiri kebahagiaan. Bahkan untuk hal-hal kecil, seperti melihat burung berkicau. Aneh, bukan?
Aku juga merasakan sedikit perubahan emosi. Jadi yang terbiasa meledak-ledak, sekarang sudah lebih sering adem ayem.
Ternyata, aku baru sadar jika tasbih tersebut telah menghipnotisku untuk mengisinya dengan mantra. Mantra kuno dari ribuan tahun yang lalu.
"Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata," itulah mantra sakti yang berasal dari zaman sang Buddha.
Ternyata memang sakti, karena tasbih antik yang entah berasal dari mana, kini senantiasa menyerbak wangi cendana. Bentuknya pun berubah, menjadi lebih mengkilap sejak terakhir aku membelinya.
Mungkin juga karena usapan jemari-jemari tanganku yang penuh cinta. Tapi, diriku lebih memercayai jika lantunan doaku-lah yang bertuah. Semoga semua mahluk berbahagia.
Sang tasbih berbahagia, mahluk di sekitarku berbahagia, demikian juga diriku, senantiasa berbahagia.