Tadi siang internet di rumah mati, Ade marah-marah karena sesi pembelajaran online-nya jadi terganggu.
Malamnya Mami berniat menasehati si Ade supaya tidak berperilaku buruk dan memaki tidak jelas kepada salah satu provider internet langganan.
Mami: "Ade, tadi siang marah-marah ya? Â Mari kita introspeksi diri! Â Selama internet lancar, Ade pernah berterima kasih sama internet yang telah memudahkan? Dan saat internet mati sebentar, Ade sudah marah marah kayak gitu? "
Ade: "Tidak sebentar Mi, tapi seharian! Dan kita kan sudah bayar!"
Mami: "Itulah anicca (ketidakpastian). Semua hal di dunia ini tidak pasti dan akan berubah. Mami yakin si Provider juga nggak mau internetnya down. Sebab kalo begitu mereka juga pusing terima keluhan."
"Ini mirip ajaran Ajahn Brahm tentang bata yang jelek. Kita ini selalu fokus pada bata jeleknya, dan mengabaikan bata yang baik. "
"Selama setahun internet lancar, kita cuek saja. Tapi sekali saja down, kita langsung marah-marah tidak jelas."
Ade: "SIapa bilang setahun? Dia tiap hari down! Lagian bukan marah Mi, tapi Ade lagi mendesis!"
(Ternyata Ade ingat cerita Ajahn Brahm tentang si ular jahat)
Mami: "Mendesis boleh nak, caranya angkat telepon dan komplain ke customer service provider-nya. Bukan marah-marah sendiri yang tidak jelas."
"Jangan lupa di dalam buku dr.Shigeo Haruyama, beliau mengatakan marah-marah itu sangat buruk buat kesehatan."
"Saat kita marah, tubuh mengeluarkan zat yang sangat berbahaya bagi tubuh. Racun nomor dua setelah bisa ular! "
"Oya, Sang Buddha juga membahas tentang kemarahan, loh. Menurut Sang Buddha ada tujuh hal yang menimpa kepada orang yang suka marah;
- Dia akan kelihatan jelek meskipun berpakaian bagus dan berdandan.
- Dia tidak bisa tidur lelap walaupun ditempat yang empuk dan nyaman.
- Dia hanya melakukan perbuatan yang membawa kerusakan dan penderitaan bagi dirinya sendiri.
- Dia menjadi ceroboh dan akan kehilangan kekayaan yang diperoleh dengan susah payah.
- Dia akan kehilangan reputasi yang dicari dengan susah payah
- Dia akan dijauhin orang-orang termasuk keluarga dekat.
- Karena suka marah-marah, dia akan lahir di tempat yang tidak menyenangkan sebab melakukan perbuatan buruk melalui tubuh, ucapan, dan pikiran.
Nah loh.. Jadi Ade masih mau marah-marah lagi?"
Ade: "Ade tidak marah tapi lagi curhat!"
Mami: "De, Marah dan curhat itu berbeda. Marah mengeluarkan emosi yang ditandai oleh ketidaksukaan karena merasa diperlakukan dengan tidak benar. Dan biasanya ada niat untuk membuat pihak lawan tunduk kepadamu. Sementara curhat adalah menceritakan masalah pribadi kepada orang -orang yang dianggap dekat."
"Menurut Sang Buddha ada 4 golongan manusia;
- Orang yang seperti aksara terlukis diatas karang, mereka cepat marah dan menyimpan kemarahan itu dalam hati untuk waktu yang lama.
- Orang yang menulis surat diatas pasir, mereka marah juga tapi kemarahan itu cepat berlalu.
- Orang yang seperti menulis huruf diatas air. Mereka tidak menyisakan goresan apapun.
- Orang yang menulis diatas angin, mereka membiarkan hal-hal yang tidak menyenangkan berlalu. Batin mereka murni tak terusik. Mereka hanya memusatkan batin pada sesuatu yang bermanfaat.
Nah, ade termasuk dalam golongan yang mana? "
Ade: "Golongan kelima!"
Mami: "Loh, kan cuman ada empat, kok jadi lima?"
Ade: "Ya mi! Golongan kelima itu CURHAT.. hihihi"
Mami: (ikutan ketawa)
"Dalam drama korea It's Okay to Not Be Okay ada diajarkan cara mengendalikan kemarahan. Saat ingin marah, hitung sampe tiga kali dulu. "
Ade: "Hmmm... Satu, dua , tiga, Â i will kill you xxxxx (nama internet langganan)!"
Mami: "oppss!! (Hahahaha)"
"Di sini maksudnya bukan hitung tiga, trus lanjut marah-marah, De!" Tapi kendalikan emosimu, dengan berhitung sampe tiga, kalo tiga nggak cukup, lanjut hitung sampe 100, sampe emosinya mereda."
Ade: "Bagaimana kalo sudah hitung 100 tapi masih belum reda kemarahannya?"
Mami: "Gampang! Hitung saja sampe 1000 bahkan sampe satu juta kalo perlu.. Hahaha"
"Menurut Bhante Uttomo ada cara yang efektif buat meredakan emosi. Caranya dengan selfie (swafoto). Jadi saat Ade lagi marah, ambillah kamera handphone dan foto diri Ade sendiri. Kalo marahnya masih belum reda, ulangin lagi sampe marahnya hilang... Hahaha"
"Sebenarnya kemarahan itu bisa diredam. Contoh: Saat Ade lagi marah-marah, tiba-tiba ada cowok idola Ade ke rumah. Apakah Ade akan tetap melanjutkan marah-marahnya? Atau pause untuk sementara waktu?"
Ade: "Hmm.. Â Ade nggak punya cowok idola, idola Ade itu diri Ade sendiri"
Mami: "Bagus nak! Sebelum menyukai orang lain, cintailah dirimu sendiri dulu."
"Kalo Mami pribadi cara mengendalikan kemarahan, cukup memposisikan diri Mami di pihak yang Mami tidak suka."
"Coba bayangkan kalo Ade yang jadi customer service-nya internet langganan kita. Apakah Ade pusing terima keluhan? Apakah Ade pusing terima omelan?"
"Ini yang namanya empati. Mari kita belajar berempati! "
Ade: "Kalo Ade yang kerja jadi customer service di sana, Ade berhenti kerja!"
Mami: "Berhenti kerja bukan solusi yang bijak, De! Tapi belajar menghadapi kemarahan dari orang lain dan mengendalikan kemarahan diri sendiri, itulah yang penting!
Sebab dalam hidup ini, kita selalu dihadapi sama masalah ini, nggak bisa lari."
"Selain empati, kita bisa bertekad untuk pikiran yang tidak diinginkan itu tidak ada dalam batin. Caranya dengan memusatkan batin kepada sesuatu yg bermanfaat. Tentunya harus latihan dulu melalui meditasi"
"Kegelapan tidak bisa dilawan dengan kegelapan, melainkan dengan terang. Kemarahan tidak bisa dikalahkan dengan kemarahan melainkan dengan cinta kasih (metta dan karuna)"
Ade: zzzzz
**
Refleksi diri:
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita menjumpai orang yang marah-marah. Reaksi kita tergantung sama persepsi kita. Bagaimana kalo mulai sekarang saya mempersepsikan orang yang marah itu lagi curhat? Sepertinya Ade memberikan ide yang bagus buat Mami.
Tidak jarang saya merespon orang yang marah dengan respon dan emosi yang negatif.
Bagaimana kalo mulai sekarang saya merespon dengan yang positif dengan berpikir bahwa mereka sedang CURHAT dan mereka tidak bisa kontrol emosi.
Orang yang suka marah-marah itu sebetulnya jiwanya kering. Marilah mulai sekarang kita memahami orang yang suka marah-marah. Mungkin mereka sedang curhat... Marilah kita memberi siraman karuna dan metta (kasih sayang) buat jiwa yang kering. JIA YOU!
**
Jakarta, 13 Juli 2022
Penulis: Lisa Tunas, Kompasianer Mettasik
A Loving Mom Who Learns Writing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H