Tanpa berucap pun pemancing tersebut menyesali perbuatannya. Ia masih ngotot mencabut kail yang digunakan untuk memancing ikan itu. Semakin dicoba semakin kesakitan kura-kura meronta. Miris.
Sesaat semua orang terpaku. Hening. Mereka dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh sang kura-kura. Namun tak berdaya menyelamatkannya.
Annie tidak tega melihatnya. Takada ide apa yang harus diperbuat, hanya satu "Kura-kura harus diselamatkan" ia bergumam.
"Mbak, boleh minta plastik kresek untuk membawa kura-kura ini?" spontan itu yang terucap.
Laki-laki pemancing pasrah meletakkan kura-kura dalam balutan plastik yang diberikan kepadanya. Menyerahkan kepada Annie dan El untuk dibawa.
El, putra bungsu yang menemani sang ibu menerima kura-kura dengan sangat hati-hati. Tidak ingin menambah derita si kura-kura.
Dalam perjalanan pulang ke rumah; Kura-kura mengerang kesakitan, ditandai dengan banyaknya kotoran di dalam plastik tempat ia bernaung. Ia terberak-berak.
***
Di rumah El, kura-kura (sebut saja no name) dibebaskan dan dipertemukan dengan sesamanya. El mempunyai satu ekor kura-kura yang sudah menjadi hewan piaraan kesayangannya. Berukuran hampir sama dengan No Name. No Name terlihat menggulingkan tempurungnya kiri dan kanan. Entah, pertanda bahagia atau sedih. Eeeh. Belum paham bahasa hewan.
Pasti mereka bercerita dan saling memberikan dukungan dan penguatan. Â Mungkin.
Syahdan, Annie dan El bertanggung jawab atas hidup dan matinya No Name. Â Dengan ragam upaya dicoba untuk mengeluarkan kail. Tidak berhasil. Waktu terus berlaju. Malam pun tiba, belum memperoleh pencerahan.