Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Baktiku Hanyalah Sepotong Doa

2 Juli 2022   13:03 Diperbarui: 2 Juli 2022   13:10 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah bundaku tlah tiada
Keduanya pergi dengan cara yang berbeda
Tanpa pamit ayahku pergi secara tiba-tiba
Membuat sesak di dada

Kerongkonganku terkunci beberapa jeda
Selera makanku serasa tercabut paksa
Kulihat regang ketakutan tampak merona

Kubimbing kepergian ayah dengan lantunan Paritta
Perlahan-lahan ketegangan diwajahnya lenyap sirna
Kini tak ada lagi panggilan sayang yang setiap pagi menyapa

Berbekal doa yang kupanjatkan setiap hari
Setiap pagi dan sore tanpa jemu kubuatkan perlindungan untuk beliau yang sangat kucintai
Sebuah istana yang beralas, berdinding dan beratapkan Paritta-Paritta suci

Beberapa tahun kemudian bundaku pun menyusul pergi
Beliau pergi di dini hari dalam sepi sendiri
Padahal baru kemarin sore kuterima pemberitahuan medis kalau besok bundaku sudah dapat pindah dari ruang isolasi
Nyatanya bundaku lebih memilih pindah dari alam ini
Aku diam terpaku meresapi, karma dan anicca selalu pasti

Tapi mengapa harus sekarang ? Tiga hari lagi aku berulang tahun
Dan itu akan menjadi saat yang tak'kan pernah dapat kulupakan
Empat Puluh Delapan tahun yang lalu ibuku berhasil memenangkan pertandingan
Aku lahir dengan pertaruhan antara hidup dan mati yang penuh pergumulan

Takada air mata yang keluar, hanya tikaman perih di dada
Berbuncah dengan kegamangan yang mendera
Namun aku harus kuat menghadapi kenyataan yang ada, karena inilah Dhamma

Apalagi yang dapat kulakukan selain menerima semuanya dengan penuh kesadaran
Bahwa semua yang terbentuk tidaklah kekal
Hanya sampai disinikah baktiku kepada orang tua dan leluhurku ?

Jawabnya adalah T I D A K, karena aku dapat berbakti dengan caraku sendiri
Melimpahkan jasa kepada mereka atas setiap perbuatan baik yang kuperbuat
Menjaga sila agar dapat membantu mereka meringankan panasnya api neraka
Semua itu lebih dibutuhkan dari sekedar ritual-ritual yang tak pasti

Semoga ayah bunda dan semua leluhurku dapat bertumimbal lahir di alam yang sesuai dan dapat berkenalan dengan Buddha Dhamma. Sadhu ... Sadhu ...Sadhu

**

Jakarta, 2 Juli 2022
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik

"Hidup Cuma Sekali, Harus Dinikmati. Sakit Diobati, Mati Dikremasi."

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun