Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mindful Lifestyle, Gaya Hidup yang Bikin Penasaran

11 Juni 2022   03:57 Diperbarui: 11 Juni 2022   04:00 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya hidup mindful saat ini menjadi tren dunia, mindful terkait erat dengan istilah mindfulness. Jika "mindfulness" dicari di google, ada 2.5 milyar temuan, temuan yang sangat banyak.

Di Indonesia sering diterjemahkan mindful lifestyle sebagai hidup berkesadaran, menjalani hidup dengan sadar. Mindfulness di Barat mungkin baru dikenal belakangan ini, di negara kita sudah ada istilah yang jauh lebih mewakili, yaitu eling lan waspodo kosa kata bahasa Jawa.

Dari laman mayoclinic.org kata mindfulness diartikan sebagai:

Mindfulness adalah jenis meditasi di mana Anda fokus untuk menjadi sangat sadar akan apa yang Anda rasakan dan rasakan saat ini, tanpa interpretasi atau penilaian. Mempraktikkan perhatian penuh melibatkan metode pernapasan dan praktik lain untuk merilekskan tubuh dan pikiran serta membantu mengurangi stres.

Menyebutkan secara jelas bahwa mindfulness adalah praktek meditasi yang menempatkan pikiran pada yang dikerjakan saat ini tanpa melakukan penilaian apapun, hanya mengamati apa adanya.

Sati adalah pikiran yang berada pada saat ini, silahkan baca penjelasan lebih lanjut di Apa sih yang dilatih dalam meditasi?

Pikiran seringnya tidak berada pada saat ini, mengenang masa lalu atau mengembara ke masa depan. Pikiran yang mengenang masa lalu, hanya mendatangkan penyesalan. Jika masa lalu adalah indah, menyesal mengapa sudah berlalu. Jika masa lalu adalah menyedihkan, menyesal mengapa terjadi.

Sebaliknya khawatir muncul, saat pikiran mengembara ke masa depan. Jika masa depan adalah indah, khawatir tidak terjadi. Jika masa depan adalah buruk, khawatir akan terjadi.

Mengenang masa lalu, mengembara ke masa depan hanya mendatangkan kegelisahan. Masa lalu sudah berlalu, tidak mungkin kembali, masa depan belum tentu terjadi.

Saat ini adalah titik temu antara masa lalu dan masa depan. Menguasai saat ini, berarti menguasai masa lalu dan masa depan. Hasil masa lalu adalah saat ini, apa yang dilakukan saat ini akan dipetik pada masa depan.

Karena manfaat mindfullness yang sangat membantu mengurangi kegelisahan, kekhawatiran, stress dan lainnya maka sangat baik kalau mindfulness tidak hanya dalam meditasi, tetapi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, lahirlah mindful lifestyle.

****

Hidup Berkesadaran
Mindful lifestyle, diterjemahkan sebagai hidup berkesadaran.

Artinya setiap aktivitas sehari-hari dilakukan secara sadar, paling tidak lebih sadar dari sebelumnya. Sadar sedang berjalan, sadar sedang makan, sadar sedang bekerja dan seterusnya. Sadar dalam arti pikiran terarah pada apa yang sedang dikerjakan.

Kebiasaan pikiran seperti, ketika makan, pikiran memikirkan rencana besok. Sedang berjalan, memikirkan nanti siang makan apa, sedang bekerja, memikirkan suasana mal.

Baru beberapa detik berdoa, pikiran sudah mengembara kemana-mana, walaupun doa tetap masih terucap, tetapi pikiran sudah meninggalkan doa.

Hidup berkesadaran adalah ketika menjalani hidup, melakukannya dengan selalu berusaha menempatkan pikiran pada apa yang dikerjakan.

****

Kesadaran
Lalu sebenarnya apa itu kesadaran?

Jika suatu saat mengetahui kalau "kok saya berbicara sendiri!", maka yang mengetahui itu adalah kesadaran. Kadang juga mengetahui bahwa dalam pikiran, ada dua orang sedang berdiskusi, kadang juga berbicara sendiri, yang mengetahui adalah kesadaran.

Suatu saat setelah marah, "kok saya marah ya", yang mengetahui adalah kesadaran, sebuah kesadaran yang terlambat datangnya, walaupun terlambat, tetap bermanfaat. Setelah itu kemarahan mulai mereda.

Kadang kesadaran muncul ketika marah, "kok marah". Kesadaran yang lebih baik, begitu kemarahan akan muncul, kesadaran sudah hadir, "mau marah". Kemarahan tidak berlanjut. Yang terbaik adalah, kemarahan tidak muncul sama sekali, karena penyebab dari kemarahan tersebut sudah diselesaikan oleh kesadaran sebelumnya.

Yang mengetahui apa yang dipikirkan adalah kesadaran.

Mengetahui apa yang sedang dipikirkan saja tidak cukup, hanya mengetahui tanpa ada reaksi yang bermanfaat tidak ada gunanya.

Jika orang tua mengetahui anaknya dalam kondisi bahaya, tetapi tidak ada reaksi, maka tidak banyak bermanfaat. Harus ada reaksi dari orang tua pada anak agar sang anak terhindar dari bahaya.

***

Eling lan waspodo
Sadar (eling) dan waspada (waspodo). Sadar akan apa yang sedang dilakukan, waspada terhadap hal yang tidak berguna. Eling lan waspodo atau dalam bahasa Pali dapat disebut sebagai Sati Sampajanna lebih mewakili.

Ketika kesadaran mengetahui aktivitas pikiran, harus diketahui juga apakah aktivitas tersebut bermanfaat atau tidak. Waspada adalah berhati-hati terhadap yang sedang dilakukan, sehingga butuh pengetahuan untuk menilai tindakan kita ataupun aktivitas pikiran.

Mengetahui dengan jelas tujuan apa yang sedang dilakukan adalah bermanfaat bagi diri sendiri, bermanfaat bagi orang lain, tidak merugikan diri sendiri tidak merugikan orang lain.

Mengetahui dengan jelas apa yang sedang dilakukan apakah kondusif atau tidak. Misalnya berbicara hal-hal yang lucu pada saat melayat. Walaupun mungkin maksudnya menghibur, tetapi tidak kondusif.

Mengetahui dengan jelas apa yang dilakukan adalah sesuai tempatnya.

Yang terakhir lebih mudah dilakukan dalam meditasi. Mengetahui dengan jelas aktivitas pikiran yang muncul adalah sesuatu yang tidak kekal. Sesuatu yang tidak kekal sulit ditanggung, tidak memuaskan. Tidak dapat dikatakan ini milikku, ini diriku, ini aku.

Dengan mengetahui dan waspada semua perilaku maupun aktivitas pikiran, maka apapun yang dilakukan akan bermanfaat, terhindar dari hal yang tidak berguna.

Melakukan hal yang bermanfaat tidak akan mengakibatkan penyesalan, sehingga beban hidup menjadi sedikit hidup menjadi lebih baik, lebih ringan, lebih damai.

Berlapis-lapis
Kesadaran mengetahui apa yang sedang dipikirkan, lalu apa yang mengetahui kalau adanya kesadaran?

Ketika kita mengetahui sedang bicara sendiri, yang mengetahui adalah kesadaran. Ketika mengetahui bahwa "mengetahui - mengetahui bicara sendiri" adalah kesadaran juga.  Selanjutnya ketika "mengetahui - mengetahui - mengetahui bicara sendiri" juga kesadaran dan seterusnya.

Mengetahui sebenarnya juga aktivitas pikiran. Aktivitas pikiran digambarkan seperti batang pisang. Batang pisang berlapis-lapis, jika di lepas satu per satu, sampai bagian tengahnya, tidak ada inti apapun. Aktivitas pikiran juga berlapis-lapis yang tidak ada intinya.

Sehingga ketika semakin dalam kesadaran mengetahui, akhirnya kesadaran melihat kesadaran itu sendiri. Ketika kesadaran melihat kesadaran itu sendiri, maka perbedaan antara kesadaran dan aktivitas pikiran semakin jelas. Antara kesadaran dan aktivitas pikiran seperti berlomba satu dengan lainnya.

Sulit ditanggung
Dalam satu saat hanya ada satu, maka ketika ada kesadaran melihat aktivitas pikiran, aktivitas pikiran lenyap, demikian sebaliknya.

Ketika "ingin" mengetahui adanya kesadaran, maka kesadaran lenyap. Karena "ingin" adalah aktivitas pikiran. Atau karena ada "keinginan" yang lainnya, maka kesadaran lenyap. "Keinginan" digambarkan sebagai mengejar kesana kemari dengan penuh gairah. Ketika "keinginan" muncul, akan terus mengejar "keinginan" lainnya, seperti sebuah reaksi yang berantai. Keinginan yang berulang-ulang akhirnya menjadi kemelekatan.

Demikianlah kesadaran dan aktivitas pikiran terus menerus seperti berlomba, kondisi demikian adalah sesuatu yang sulit ditanggung. Kata yang mewakili sesuatu yang sulit ditanggung adalah dukkha. Sedangkan yang mudah ditanggung adalah sukkha.

Kenyataan bahwa ada sesuatu yang sulit ditanggung terus menerus, bukti adanya dukkha.

Sesuatu yang sulit ditanggung ini, akibat adanya "keinginan", asal muasal dari dukkha adalah "keinginan".

Jika keinginan tersebut lenyap, maka terbebas dari "dukkha"

Ada cara untuk membebaskan diri dari dukkha, cara yang telah dicari dan ditemukan oleh Siddhartha Gautama, yang beliau sebut sebagai sebagai Jalan Tengah (Majjhima Patipada).

Ketika Siddhartha Gautama menyempurnakan cara ini beliau mengatakan batinnya sudah terbebas. Selanjutnya beliau disebut sebagai Buddha, yang sadar. Pada saat itu tepat pada bulan purnama di bulan Waisak.

Siapapun yang mampu mencapai hal ini juga disebut sebagai yang sadar, Buddha. Mindful Lifestyle 100%

**

Jakarta, 11 Juni 2022
Penulis: Jayanto Chua untuk Grup Penulis Mettasik

dokpri, mettasik, jayanto chua
dokpri, mettasik, jayanto chua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun