Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seberapa Parahkah Kepedulian Kita?

10 Juni 2022   05:01 Diperbarui: 10 Juni 2022   05:06 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seberapa Parahkah Kepedulian Kita? (gambar: csc.gov.sg, diolah pribadi)

namun sulit menemukan celah untuk menjatuhkannya. Akhirnya kakak-kakak kelas ini melakukan hal yang tidak terpuji, membuat skenario seolah-olah murid tersebut ingin merebut kekuasaan dan membuat sang guru agar mempercayai skenario tersebut. 

Skenario ini berhasil, sang guru yang awalnya peduli dengan murid itu lalu berubah menjadi peduli terhadap posisinya yang kuatir akan direbut oleh murid yang cerdas dan rajin tersebut. Akhir dari cerita sang guru kehilangan murid yang sangat berpotensi tersebut karena persepsinya yang keliru.

ketidakpedulian cerminan dari kotoran batin. Karena serakah jadi tidak peduli dengan yang lain, buang sampah sembarangan demi kenyamanan sendiri, namun memperburuk lingkungan. Tidak menyadari akibat lanjutan yang akan menimpa dirinya (banjir karena saluran mampet). Karena benci / kesal jadi tidak peduli dengan yang lain. 

Karena timbul benci akibat dihasut, guru tersebut jadi tidak peduli dengan murid yang pintar dan rajin, yang sebenarnya merupakan aset bagi perguruannya.

Kisah tua yang sudah berusia ribuan tahun ini, sampai sekarang masih bisa kita jumpai di berbagai praktek dalam sekolah, perusahaan, dan organisasi-organisasi lainnya. Seberapa sering kita mendengar berita yang berulang-ulang disampaikan oleh orang yang berbeda-beda kadang bisa memengaruhi persepsi kita. 

Untuk itu diperlukan kewaspadaan, kebijaksanaan, dan kemauan untuk cek ulang berita yang kita dengar, tidak sekedar menerima begitu saja. Hal ini pada akhirnya bisa merugikan diri kita sendiri.

Peduli terhadap jadwal, terhadap janji, terhadap kesepakatan. Memang ada aturan yang bisa disesuaikan dengan keadaan, namun setiap perubahan perlu disepakati kembali jika berhubungan dengan pihak lain.

Melanggar aturan lalu lintas agar cepat sampai, membuang sampah sembarangan, tidak pakai masker di kerumunan ketika masa pandemi, mengganti lampu belakang mobil dengan yang lebih terang sehingga menyilaukan pengemudi di belakangnya, dan berbagai pelanggaran ketertiban umum merupakan bentuk ketidakpedulian terhadap keselamatan diri dan sekitarnya.

Ada benarnya sebuah kutipan yang berbunyi "orang tidak peduli seberapa banyak kita tahu, sampai mereka tahu seberapa banyak kita peduli"

Berbagai kejadian kebakaran rumah, toko, pabrik, jika ditelusuri seringkali berujung pada kekurangpedulian. Contoh: kurang peduli merawat alat listrik, hanya bisa memakainya saja, tanpa memikirkan bahwa alat-alat tersebut juga ada usianya, tanpa memikirkan bahwa alat-alat tersebut juga ada kapasitas bebannya, 

bahwa alat-alat tersebut memerlukan pengaman tambahan (tidak asal pasang), bahwa alat-alat tersebut memerlukan suhu lingkungan yang memadai agar bisa bekerja optimal dan terhindar dari bahaya kebakaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun