Saya menyadari bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja. Bukan saja bagi yang sakit seperti diriku, kadang yang sehat pun bisa berpulang terlebih dahulu.
Perubahan pun terjadi di lingkungan pergaulan. Saya bersyukur, selama sakit saya bertemu teman-teman yang luar biasa. Kami semua memiliki persamaan. Sama-sama para penyintas kanker dan para sahabat meditator. Kami saling menjaga dan memberi perhatian.
Saya tergabung dalam Grup "Faith." Sebuah komunitas yang para anggotanya sangat dekat dan saling menyemangati. Bersama kami mendirikan rumah singgah yang bernama "Rumah Singgah Faith".
Selain merupakan markas bagi kami, rumah singgah ini juga menyediakan tempat tinggal kepada para pasien kanker, dan pasien penyakit jantung bawaan untuk anak-anak dari luar kota yang sedang berobat berobat di sekitar rumah singgah.
Rumah singgah ini adalah wadah bagi kami saling berbagi kepada sesama.
Sejak terdiagnosa kanker, saya jadi lebih menghargai kehidupan. Saya merasa diberikan kesempatan kedua. Tak terasa waktu sudah berlalu 6 tahun sejak saya di vonis 6 bulan pada tahun 2016 lalu.
Setiap napas menjadi sangat berharga. Merasa bersyukur setiap bangun pagi ketika mata terbuka karena masih diberikan kehidupan. Dahulu melihat kehidupan lebih banyak dari sisi duniawi, tetapi sekarang saya telah diberi kesempatan untuk melihat dunia dari sisi yang berbeda.
Bersyukur karena diberikan peringatan untuk menanggalkan jubah kesombongan dan keegoisan. Saya bersyukur telah kembali ke titik nol. Karena dari sanalah saya lebih menyadari arti kehidupan.
**
Jakarta, 5 Juni 2022
Penulis: Mustika T untuk Grup Penulis Mettasik